Lockdown di Eropa Tekan Harga Minyak

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen atau 0,6 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Okt 2020, 08:20 WIB
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen atau 0,6 persen. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Sentimen pendorong penurunan harga minyak karena adanya pembatasan gerak untuk membendung lonjakan infeksi Covid-19.

Pembatasan tersebut meningkatkan ketidakpastian atas prospek pertumbuhan ekonmi dan pemulihan permintaan akan bahan bakar.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen atau 0,6 persen dan diperdagangkan pada USD 43,06 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 8 sen atau 0,19 persen ke leve USD 40,96 per barel.

Penurunan harga minyak tertahan oleh data industri yang menunjukkan penurunan persediaan minyak AS minggu lalu. The U.S. Energy Information Administration mengatakan pada Kamis bahwa persediaan turun 3,818 juta barel pada minggu sebelumnya, lebih besar dari perkiraan analis yang sebesar 1,9 juta barel.

Sedangkan The American Petroleum Institute pada hari Rabu mengatakan persediaan minyak mentah, bensin dan sulingan AS semuanya turun dalam sepekan hingga 9 Oktober.

Beberapa negara Eropa menghidupkan kembali jam malam dan lockdown untuk menahan peningkatan kasus Covid-19. Inggris diperkirakan akan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat di London mulai tengah malam pada hari Jumat.

"Jika permintaan melemah secara nyata, OPEC + tidak akan punya pilihan selain membatalkan peningkatan produksinya jika tidak ingin mengambil risiko kelebihan pasokan baru dan penurunan harga minyak," tulis Commerzbank dalam catatannya.

OPEC dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC +, akan menurunkan produksi secara bertahap sebesar 2 juta barel per hari (bph), dari 7,7 juta bpd saat ini. Penurunan akan dilakukan pada Januari.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak menguat pada perdagangan Rabu, karena ekuitas juga naik dan dolar diperdagangkan lebih rendah. Kenaikan harga minyak ini terjadi bahkan ketika kekhawatiran muncul bahwa pemulihan permintaan bahan bakar akan terhenti oleh melonjaknya kasus virus Corona secara global.

Dikutip dari CNBC, Kamis (15/1/2020), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik 49 sen atau 1,18 persen menjadi USD 42,94 per barel. Kontrak berjangka West Texas Intermediate ditutup naik 84 sen atau 2,1 persen pada USD 41,04 per barel.

Indeks utama Wall Street dibuka lebih tinggi pada perdagangan Rabu, didukung oleh saham teknologi kelas berat. Dolar diperdagangkan lebih rendah, yang dapat meningkatkan minyak karena investor beralih kelas aset.

"Antara dolar, EIA dan peringatan dari IEA yang dapat mempengaruhi kebijakan OPEC di masa depan, nadanya berubah menjadi bullish di sini," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka Mizuho di New York.

Data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) AS diperkirakan stok minyak mentah bergerak lebih rendah dalam minggu terakhir, menurut analis yang disurvei oleh Reuters

"Ada risiko pemulihan permintaan terhambat oleh peningkatan kasus COVID-19 baru-baru ini di banyak negara," kata Badan Energi Internasional, Rabu.

“Jangka panjang menawarkan sedikit dorongan bagi produsen; kurva menunjukkan harga tidak mencapai USD 50 per barel hingga tahun 2023. Sesungguhnya, mereka yang ingin membawa pasar minyak yang lebih ketat sedang melihat target bergerak," lanjutnya.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan permintaan minyaknya pada Selasa, dengan alasan dislokasi ekonomi yang disebabkan oleh virus tersebut.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa produsen minyak terkemuka akan mulai mengurangi pembatasan produksi seperti yang direncanakan pada Januari meskipun ada lonjakan kasus virus corona.

Persediaan minyak mentah AS terlihat turun minggu lalu sementara stok distilat cenderung turun untuk minggu keempat, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada hari Selasa.

Jajak pendapat tersebut dilakukan sebelum laporan dari American Petroleum Institute dan Energy Information Administration. Kedua laporan tersebut ditunda sehari karena libur umum di Amerika Serikat pada hari Senin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya