Isu Beras Plastik, DPR Sidak Gudang Bulog

Telah beredar berita tentang beras bansos yang tercampur biji plastik di wilayah Jabar yang sedang di usut oleh Kejaksaan Negeri setempat.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Okt 2020, 12:00 WIB
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog menerima kunjungan kerja Komisi IV DPR RI  dalam masa reses di Subang, Jawa Barat. Kunjungan ini guna meninjau langsung kualitas beras untuk program bantuan sosial (bansos) 2020 dari Kementerian Sosial (Kemensos) di wilayah tersebut.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Bachtiar menegaskan, pihaknya terus memaksimalkan penyaluran program Bansos Beras kepada Keluarga penerima manfaat dan berkomitmen. Itu untuk memastikan kualitas dan kuantitas beras di pintu gudang Bulog di seluruh wilayah Indonesia, untuk selanjutnya diserahkan kepada jasa pengangkut atau transporter yang ditunjuk oleh Kemensos.

Bachtiar pun menjelaskan, hingga 14 Oktober 2020, Bulog telah menyalurkan Beras Bansos sebesar 321.222 ton, atau sekitar 71 persen dari pagu 3 alokasi.

"Memperhatikan realisasi tersebut maka masih tersisa sebesar 128.778 ton untuk segera disalurkan, untuk itu perlu percepatan penyaluran Bansos Beras ini pada sisa hari di bulan Oktober ini," kata Bachtiar, Jumat (16/10/2020).

Pimpinan Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi menjelaskan, bahwa kunjungan kerja kali ini difokuskan untuk meninjau langsung dan memastikan bahwa tidak ada penyelewengan dalam penyaluran bansos beras keluarga penerima manfaat di wilayah Jawa Barat.

Seperti yang diketahui, telah beredar berita tentang beras bansos yang tercampur biji plastik di wilayah Jabar yang sedang di usut oleh Kejaksaan Negeri setempat.

"Kita sudah cek langsung kondisinya di Gudang Bulog tidak ada beras plastik. Dan tadi sudah dijelaskan oleh Direksi Bulog bahwa isu beras plastik dipastikan dilakukan oleh oknum yang terganggu karena penyaluran bansos ini menggunakanan beras Bulog, bukan beras mereka. Serta kita mendorong Kejaksaan segera mengungkap oknum tersebut," ujar Dedi.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tim Monitoring

Beras beraneka jenis dijual di sebuah toko di Jalan Raya Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (22/7/2020). Bulog melakukan penyerapan gabah dari petani sehingga harga beras di pasaran masih normal. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Di samping itu, tim monitoring dan evaluasi Bulog terus berkerjasama dengan Kejaksaan Negeri setempat untuk mengusut laporan masyarakat terkait penemuan biji plastik dalam beras bansos. Bulog secara tegas meyakinkan bahwa beras yang tercampur dengan biji plastik bukan berasal dari gudangnya.

"Perum Bulog harus didorong untuk terus bisa menyediakan stok beras berkualitas untuk program-program pemerintah, sehingga stok Bulog ini bisa berputar dan bisa terus menyerap beras hasil panen petani," imbuh Dedi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya