Kedekatan Keislaman Indonesia dan Maroko Terjalin Sejak Abad Pertengahan

Kementerian Luar Negeri mengungkap kedekatan Indonesia dan Maroko lewat Islam.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Okt 2020, 17:30 WIB
Seorang pria yang memakai masker wajah untuk mencegah penyebaran virus corona memandang ke Samudra Atlantik sebelum matahari terbenam, di Rabat, Maroko, Selasa (22/9/2020). (AP Photo / Mosa'ab Elshamy)

Liputan6.com, Jakarta - KBRI Rabat di Maroko mengungkap kedekatan antara Indonesia dan Maroko lewat sejarah Islam. Ratusan tahun yang lalu, ilmuwan dan penjelajah Maroko bernama Ibnu Batutah (Ibn Battuta) pernah berkunjung ke Aceh. 

Fakta sejarah itu terungkap dalam seminar daring “Khazanah Interaksi Keilmuan Islam Indonesia dan Maroko" pada Kamis 15 Oktober 2020. Acara itu  digelar oleh Kemlu dan KBRI Rabat bekerja sama dengan Kedutaan Besar Maroko di Jakarta untuk mengungkap fakta-fakta sejarah yang menarik mengenai interaksi Islam antar kedua negara.

“Di abad ke 13, Ibn Battuta, seorang ilmuwan dan penjelajah asal Maroko, telah berlayar sampai ke Aceh di tahun 1345," ujar Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Maroko, Hasrul Azwar dalam sambutannya, seperti dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri, Jumat (16/10/2020).

Para narasumber yang merupakan para civitas akademia dari Indonesia dan Maroko yaitu Prof. Amani Lubis, Dr. Eka Putra Wirman, Dr. Mohammed Rougi dan Dr. Khalid Zahry juga menjelaskan interaksi keilmuan yang telah terjalin antara Indonesia dan Maroko baik di masa lalu hingga sekarang.

Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dari Maroko sebagai penyebar agama Islam pada abad ke-16, juga adanya penggunaan kitab-kitab karangan ulama Maroko di pesantren-pesantren Indonesia dan tersebarnya tarekat Tijaniyah asal Maroko di Indonesia, menegaskan interaksi budaya Islam di Indonesia dan Maroko di masa lampau.

Di masa sekarang, salah satu titik tautnya adalah mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di berbagai universitas di Maroko serta partisipasi ulama Indonesia sebagai pembicara pada acara durus hasaniyyah.

 

 

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Sejarah dan Diplomasi

Sekeluarga memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona sambil menikmati malam mereka di tepi cornice, di Rabat, Maroko, Selasa (22/9/2020). (AP Photo / Mosa'ab Elshamy)

Interaksi ini perlu terus ditingkatkan dan dioptimalkan untuk kepentingan kedua negara. Prof. Amani Lubis menyatakan bahwa saat ini UIN Syarif Hidayatullah dalam proses merealisasikan rencana pendirian Pusat Studi Indonesia di Universitas Ibn Tufail, Quneitra, Maroko.

Hal ini juga akan berakibat pada peningkatan people-to-people connection yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan hubungan ekonomi, terutama di sektor perdagangan antar kedua negara.

Seminar daring ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko. Selanjutnya akan diselenggarakan seminar daring kerja sama antar Pemerintah Daerah di kedua negara pada 22 Oktober 2020, virtual business meeting, penayangan film nasional hingga pameran kebudayaan kedua negara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya