Liputan6.com, Karo - Jalur pendakian Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) ditutup sementara untuk umum. Penutupan terhitung mulai hari ini, Jumat (16/10/2020). Keputusan ini diambil untuk menghindari terjadinya konflik antara manusia dengan harimau.
Penutupan tersebut berdasarkan surat pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov Sumut) melalui Dinas Kehutanan perihal penanganan konflik harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura).
Selain menutup jalur pendakian Gunung Sibayak, warga yang kerap memiliki aktivitas di kawasan Tahura maupun di jalur pendakian Sibayak diimbau waspada. Beberapa laporan menyebutkan pertemuan warga dengan harimau dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga
Advertisement
Laporan ini tertuang dalam surat yang dilayangkan pihak Dinas Kehutanan melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Tahura Bukit Barisan kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut per tanggal 8 Oktober 2020.
Dalam surat yang ditandatangani Kepala UPT, Ramlan Barus, dijelaskan pihaknya telah menerima laporan dari warga yang mengaku berjumpa dengan harimau. Staf Ramlan, Ashido ASM Munthe menyebut, laporan awal mereka terima pada 29 Agustus 2020.
"Saat itu seorang petugas pemungut retribusi pendakian Gunung Sibayak melihat harimau di sekitar jalan menuju pos pendakian," kata Ashido, Kamis, 15 Oktober 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terlihat di Kawasan Hutan
Laporan lainnya tanggal 30 Agustus 2020. Warga bermarga Sembiring melihat harimau di kawasan Gunung Sibayak. Kemudian laporan 30 September 2020, warga yang sedang mengendarai mobil menuju pos pendakian Gunung Sibayak juga bertemu harimau.
Disebutkan Ashido, soal kemunculan harimau langsung ditindaklanjuti. Harimau itu terlihat di kawasan hutan yang masih masuk ke dalam wilayah Desa Jaranguda, tepatnya di seputaran jalur wisata dari desa itu.
"Itu di hutan, bukan pemukiman. Sebelum ke gunung dan sebelum pos pendakian. Masih di jalur wisata yang membelah Tahura," sebutnya.
Ashido menuturkan, lokasi tersebut memang termasuk jalur habitat harimau, dan tidak heran harimau muncul di sana. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, pihaknya juga sudah memasang camera trap (kamera jebak) untuk memantau pergerakan harimau.
"Berdasarkan laporan, interval kemunculannya cukup lama. Selama Oktober belum ada," tuturnya.
Advertisement
Penuturan Orang Tua
Disampaikan Ashido, warga sekitar Gunung Sibayak sudah sering melihat harimau sejak lama. Hal ini didapatnya dari penuturan para orang tua di kawasan tersebut. Namun harimau tidak pernah mengganggu.
"Karena masyarakat juga menghormati keberadaan harimau di sana. Namanya juga di hutan. Kalau cerita orang tua, jika ketemu manusia, harimau masih mengelak, kecuali butuh pertolongan," ungkapnya.
Sejak kabar penampakan harimau, petugas rutin melakukan patroli, khususnya pada malam hari. Petugas juga sering menghidupkan petasan untuk mengusir harimau kembali ke dalam hutan. Tujuannya untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan bersama.
"Saat ini sudah tiga camera trap terpasang. Nantinya akan ditambah jika situasi semakin berkembang. Mudah-mudahan, harimau semakin masuk ke tengah hutan," Ashido menandaskan.