Liputan6.com, Jakarta Pemberian vaksin membuat seseorang bisa mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit tanpa perlu jatuh sakit terlebih dahulu. Memang saat divaksin ada efek samping tapi sebagian besar ringan seperti disampaikan dokter spesialis penyakit dalam yang juga mendalami vaksin Dirga Sakti Rambe.
"Punya (efek samping). Kayak kita makan nasi kalau makan nasi kebanyakan bisa jadi diabetes. Semua itu tergantung dari ukuran, tergantung pada porsi," kata Dirga dalam diskusi yang dipantau dari YouTube ForumMerdekaBarat9.
Advertisement
Meski ada efek samping, Dirga menekankan bahwa vaksin itu aman. Jika pun timbul efek samping sebagian besar ringan.
"Kalau melihat data-data, 95 persen efek samping vaksin amat ringan atau. Yakni diantaranya nyeri di bagian suntikan, ya wajar dong disuntik nyeri-nyeri sedikit. Lalu, kadang usai divaksin demam. Namun, tak perlu khawatir demam adalah tanda vaksin bekerja, tanda sistem terstimulasi," tutur pria yang mempelajari vaksin di Italia ini.
Dirga juga menyampaikan bahwa vaksin yang sudah mendapatkan izin edar tidak dilepas begitu saja oleh institusi pengawas di suatu negara. Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara kontinyu memantau keamanan vaksin yang beredar.
"Sehingga, usai dipakai tidak dilepas begitu saja. (Tetap diawasi) sehingga kalau ada sesuatu terkait keamanan segera ditindaklanjuti.".
Orang Dewasa Perlu Divaksin
Tak cuma anak-anak, orang dewasa juga perlu divaksin. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam bahkan mengatakan ada 15 jenis vaksin yang direkomendasikan untuk orang dwasa seperti influenza, kanker serviks, pneumonia dan sebagainya seperti disampaikan Dirga.
Bahkan, di masa pandemi COVID-19 ini Dirga menyebut bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara spesifik menyarankan orang dewasa divaksin influenza dan pneumonia. Bukan untuk mencegah terkena COVID-19, melainkan untuk menurunkan risiko kematian dan gejala berat bila terinfeksi virus SARS-CoV-2.
"Ada penelitian yang mengatakan bahwa bila sebelumnya pernah imunisasi influenza risiko kematian bila terkena COVID-19 lebih rendah. Lalu, kemungkinan gejala COVID-19 jadi berat itu lebih rendah," katanya.
Advertisement