Staf Positif COVID-19, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen Isolasi Mandiri

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen karantina karena stafnya positif COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Okt 2020, 18:19 WIB
Ursula von der Leyen, wanita pertama yang terpilih sebagai presiden Komisi Eropa (AFP/Frederick Florin)

Liputan6.com, Brussel - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melaksanakan karantina mandiri karena stafnya positif COVID-19. Begitu mendapat informasi tersebut ia langsung meninggalkan pertemuan bersama para pemimpin Uni Eropa.

Presiden von der Leyen berkata sudah ikut tes COVID-19 dan hasilnya negatif.

"Saya baru saja diinformasikan bahwa seorang anggota kantor depan saya dites positif COVID-19 pagi ini. Saya sendiri sudah tes negatif. Namun sebagai pencegahan saya segera meninggalkan Dewan Eropa untuk melakukan isolasi mandiri," ujar Ursula von der Leyen seperti dikutip DW, Jumat (16/10/2020).

Pertemuan Dewan Eropa itu dihadiri 27 pemimpin dari Uni Eropa, serta berbagai pejabat top Uni Eropa. Saat itu mereka sedang membahas Brexit dan perubahan iklim.

Berdasarkan data European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) ada total 4,5 juta kasus COVID-19 di seluruh Uni Eropa, termasuk Inggris. Kasus tertinggi berada di Spanyol dengan 921 ribu kasus.

Sementara, angka kematian mencapai 198 ribu di Uni Eropa dan Inggris. Pasien meninggal tertinggi berada di Inggris dengan total 43 ribu pasien meninggal.

Kasus di Belgia yang merupakan ibu kota Uni Eropa berjumlah 191 ribu kasus. Sebanyak 10 ribu orang dinyatakan meninggal akibat COVID-19. 

Kasus COVID-19 di Eropa saat ini sedang meningkat. Beberapa negara kini mulai kembali mengencangkan pembatasan sosial mereka.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Eropa Resah Kasus COVID-19 Melonjak di Italia, Jerman, dan Ceko

Seorang pria membawa anjingnya jalan-jalan di depan Colosseum, Roma, Italia, 3 April 2020. Menurut Departemen Perlindungan Sipil Italia pada 6 April 2020, jumlah kasus virus corona COVID-19 di negara tersebut menjadi 132.547 infeksi, 16.523 meninggal, dan 22.837 sembuh. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Kasus COVID-19 di negara-negara Eropa mulai kembali menanjak. Prancis bahkan sudah kembali menerapkan jam malam di kota-kotanya.

Dilansir AP News, Kamis 15 Oktober, kasus-kasus infeksi baru melonjak dalam beberapa pekan terakhir usai pembatasan sosial dilonggarkan selama musim Panas. Beberapa negara yang menjadi sorotan adalah Jerman, Republik Ceko, Belgia, Belanda, Prancis, Spanyol, Italia dan Polandia.

Kantor WHO di Eropa meminta agar negara-negara Eropa tidak berkompromi dalam menangani virus.

Keadaan Jerman masih lebih baik, namun pada Kamis kemarin ada tambahan kasus sebanyak 6.638. Angka itu menembus rekor pada bulan Maret ketika pademi baru dimulai. Jumlah tes COVID-19 di Jerman telah ditingkatkan.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan 16 gubernur negara bagian Jerman telah sepakat untuk memperkuat aturan masker, menutup bar lebih awal, dan membatasi kumpul-kumpul di daerah dengan infeksi tinggi.

Merkel menegaskan untuk menyetop kenaikan eksponensial serta memperkuat usaha contact tracing. Pemerintah Jerman meminta agar rakyat lebih waspada.

Jerman juga meminta agar negara-negara tetangganya mengambil langkah drastis untuk melawan COVID-19.

Prancis baru mengumumkan agar Work From Home (WFH) kembali dilaksanakan oleh perusahaan yang berada di zona risiko tinggi.

Pekan ini, Belanda telah menutup bar dan restoran. Ceko melakukan hal yang sama serta menutup kembali sekolah. Pembatasan sosial di Ceko berlangsung hingga awal November agar rumah sakit tak kewalahan akibat COVID-19.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya