Burung Pemecah Rekor Dunia, Terbang 11 Hari dan 12 Ribu Kilometer Non-Stop

Seekor burung telah melakukan rekor penerbangan terlama dan terjauh tanpa berhenti..

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2020, 19:30 WIB
Ilustrasi burung godwit ekor belang (Krzysiek/Pixabay).

Liputan6.com, Auckland - Biasanya pelancong internasional gemar melakukan perjalanan jauh tanpa berhenti, namun apa jadinya jika pelancong tersebut adalah seekor burung. 

Dikutip dari Livescience, Sabtu (17/10/2020), seekor burung godwit ekor belang (Limosa lapponica) baru saja terbang selama 11 hari langsung dari Alaska ke Selandia Baru, menempuh jarak 7.500 mil (12.000 kilometer) tanpa henti, memecahkan penerbangan nonstop terpanjang di antara burung yang diketahui para ilmuwan.

Menurut National Audubon Society, burung godwit ekor belang merupakan burung berpostur besar, berisik dan memiliki warna seperti kayu manis. Mereka dikenal dengan kebiasaan melakukan migrasi yang mengesankan dari Alaska ke Selandia Baru atau sebaliknya, mereka terbang ribuan mil tanpa henti. 

Namun ada seekor burung tertentu yang terbawa oleh angin timur sehingga ia harus memperpanjang perjalanannya, terbang lebih lama dari kawanannya yang diketahui hingga saat ini. Godwit ini disebut  "4BBRW", ia diidentifikasikan dari cincin yang melakat di kakinya.

Pada 2019, para penliti menangkap dan menandai 4BBRW bersama dengan 19 godwits ekor belang lainnya di Firth of Thames, tenggara Auckland.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rekor Godwit Sebelumnya Ada di Tahun 2007

Ilustrasi burung godwit (@publicdomainpictures/Pixabay).

Sebelum rekor saat ini, rekor sebelumnya adalah penerbangan non-stop yang dilakukan oleh godwit ekor belang betina yang terbang sekitar 7.145 mil (11.500 km) dalam sembilan hari pada tahun 2007, menurut National Geographic.

Setelah meninggalkan Alaska, godwit terbang ke selatan di atas Kepulauan Aleut dan mendarat di sebuah teluk dekat Auckland di Selandia Baru 11 hari kemudian. Satelit mencatat jarak terbang mereka adalah 7.987 mil (12.854 km).

"Mereka memiliki tingkat energi yang sangat efisien, mereka dirancang seperti jet tempur. Sayap panjang, runcing dan desain yang sangat ramping, yang memberi mereka banyak potensi aerodinamis" kata Jesse Conklin, ilmuwan dari Global Flyway Network.

Perjalanan ini tidak hanya mengesankan tetapi juga memiliki makna budaya bagi orang-orang di Selandia Baru. Bagi suku Maori, penduduk asli Polinesia di Selandia Baru, godwit yang mereka sebut "kuaka" adalah tanda bahwa keberuntungan akan datang dan kembalinya kuaka menandai awal musim semi.

4BBRW dan kawanan lainnya diperkirakan akan memulai perjalanan mereka kembali ke Alaska pada bulan Maret nanti, tetapi pertama-tama mereka mungkinan akan berhenti di dekat China selama sekitar satu bulan untuk mencari makan makan.

 

 

Reporter: Ruben Irwandi

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya