26 Ribu Orang Dievakuasi Akibat Banjir Bandang Kamboja

Banjir bandang Kamboja sebabkan 26 ribu orang dievakuasi, 20 meninggal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Okt 2020, 10:03 WIB
Biksu Buddha berjalan melewati pagoda yang banjir setelah hujan turun di Phnom Penh, Kamboja (14 /10/2020). Pejabat bencana Kamboja mengatakan Rabu bahwa lebih dari 10.000 orang telah dievakuasi ke tempat aman setelah badai tropis melanda yang menyebabkan banjir bandang. (AP Photo/Heng Sinith)

Liputan6.com, Kamboja - Banjir bandang terjadi di Kamboja akibat badai tropis Saudel. Total 26.608 terpaksa dievakuasi dan 26 orang meninggal dunia. Ibu kota Phnom Penh turut kebanjiran.

Ada 19 dari 25 kota dan provinsi di Kamboja terendam banjir sejak bulan ini. Masyarakat yang terdampak mencapai 245 ribu orang.

"Sampai Sabtu sore, banjir telah membunuh 20 orang," ujar Seak Vichet, juru bicara National Committee for Disaster Management (NCDM), seperti dilansir Xinhua, Minggu (18/10/2020).

Provinsi-provinsi yang terdampak paling parah adalah Pursat, Battambang, Banteay Meanchey, dan Kandal, serta pemukiman di barat daya di Phnom Penh.

NCDM berkata 59.268 rumah dan 242.372 hektar persawahan ikut terendam banjir.

Menteri Sumber Daya Air dan Meteorologi Lim Keanhor berkata hujan, angin, dan gelombang tinggi diprediksi akan terjadi pada 17 hingga 19 Oktober, sehingga banjir berlanjut.

Banjir biasanya melanda Kamboja antara Agustus dan Oktober. Tahun kemarin, luapan Sungai Mekong dan banjir bandang merenggut nyawa 30 orang, sementara ada delapan orang lain yang tewas akibat dampak badai dan 131 lainnya terluka.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Imbas La Nina, Beberapa Wilayah Indonesia Terancam Banjir Mulai November 2020

Foto Lanscape Jakarta yang di kelilingi awan gelap sebelum turunya hujan, Rabu (7/9). BMKG memprediksi fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi akan berlangsung hingga bulan September 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus bersiaga menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan datang mulai November 2020 hingga April 2021.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Jarot Widyoko, meminta partisipasi masyarakat dalam menangani potensi banjir yang terjadi pada puncak musim hujan nanti. Terlebih dengan adanya potensi peningkatan curah hujan sebagai dampak dari fenomena La Nina. 

"Apalagi ke depan dengan prediksi adanya La Nina, intensitas hujan akan bertambah 30-40 persen. Hadapi ini Kementerian PUPR tak bisa sendiri, harus ada persiapan, termasuk kesiapsiagaan dari kementerian yang lain. Masyarakat sendiri juga harus disosialisasikan dan tahu apa yang bisa dilakukan sebelum terjadi ini," imbuh dia dalam sesi teleconference, Jumat (16/10/2020).

Mengutip prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jarot menyampaikan prakiraan puncak musim hujan di beberapa daerah di Indonesia. Seperti untuk Kalimantan, yakni antara Desember 2020 sampai Januari 2021.

Kemudian di Sulawesi, di mana intensitas hujan tertinggi akan terjadi pada Januari-April 2021. Lalu Sumatera pada November 2020, Jawa serta Bali dan Nusa Tenggara pada Februari 2021, Papua di Desember 2020, dan Maluku di Januari 2021.

Jarot menggarisbawahi jika sejumlah daerah semakin rawan terkena banjir lantaran beberapa faktor, seperti semakin sempitnya daerah tangkapan banjir (catchment area) hingga perubahan aliran air (run off). Itu semua terjadi akibat pertumbuhan pembangunan dan jumlah penduduk yang kian masif.

"Yang tadinya hujan turun masuk ke dalam bumi, ada pembangunan rumah dan lain-lain lahan terusik. Pada saat hujan turun, dia tidak sempat masuk ke dalam bumi karena lapisannya sudah diperkeras, paving, beton, dan lain-lain. Jadi hujan turun masuk ke selokan dan itu pasti mengalir ke sungai," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya