Fotografi, Lokomotif Penting Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia

Fotografi makin dibutuhkan di era marketing digital, termasuk memasarkan pariwisata Indonesia, tetapi masih banyak fotografer yang belum profesional.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Okt 2020, 19:02 WIB
Ilustrasi food photography. (dok. Foto Chan Walrus/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang dunia fotografi cukup sekadar hobi? Perannya bisa jadi sentral bila digarap secara profesional. Bahkan, subsektor ekonomi kreatif itu bisa menjadi lokomotif untuk membangkitkan kembali industri pariwisata Indonesia.

"Di era marketing digital sekarang ini, Instagram, marketplace, semuanya pake foto. Maka, kemampuan fotografi jadi hal paling penting," kata Direktur Industri Kreatif Film, Televisi, dan Animasi, Kemenparekraf, Syaifullah Agam dalam peluncuran program pelatihan "Start Your Journey!", Sabtu, 17 Oktober 2020.

Ia mengatakan tidak semua orang bisa menghasilkan foto yang bagus. Kalau pun bisa, tak semua memiliki kemampuan mengelolanya secara profesional. Hal itu pula yang menjadi perhatian utama Kemenparekraf saat meluncurkan program pelatihan yang bekerja sama dengan platform pembelajaran digital, Vokraf.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga berdampak pada industri fotografi di Indonesia. Banyak pengusaha fotografi yang kesulitan bertahan karena banyak pekerjaan yang harus ditunda dan dibatalkan sehingga mereka nyaris tak ada pemasukan. Di sisi lain, biaya operasional tetap harus dibayar.

"Payung programnya adalah photopreneur, untuk hadapi era persaingan masyarakat ekonomi ASEAN. Kita harus perkuat talenta lokal agar tidak kalah bersaing," katanya.

Sebanyak 500 peserta yang terseleksi lewat portofolio yang dikirimkan akan menjalani pelatihan secara daring mulai 19 Oktober 2020 hingga akhir November 2020. Mereka tak hanya akan menerima materi dari fotografer profesional, tetapi juga diberikan tugas yang harus diselesaikan dan hasilnya akan dievaluasi kembali oleh tutor.

"Kami ingin mendorong dari fotografer yang informal menjadi formal. Output-nya, mereka bisa bantu promo destinasi wisata di Indonesia. Kami berharap bisa membuat image digital bank Destinasi Pariwisata Indonesia. Pariwisata ini tidak hanya destinasi loh, tetapi juga kebudayaan, kuliner," jelas Ipul.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Sokong Fotografer Lokal

Seorang wisatawan mengambil gambar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (8/7). Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara dan 375 juta pergerakan wisatawan Nusantara pada 2020. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Ipul mengatakan dengan 17 ribu pulau, fotografer lokal semestinya berpeluang besar menghasilkan foto yang bagus, tak kalah dengan fotografer profesional kota besar. Pasalnya, menciptakan foto bagus tak hanya soal keterampilan dan peralatan yang canggih, tetapi juga bicara momen yang biasanya dikuasai oleh orang setempat.

"Ini potensi bagi fotografer lokal. Tapi, fotografi tidak hanya soal teknik foto. Bakat bagus kalau manajerial nggak bagus, enggak akan sukses," kata dia.

Untuk itu, para peserta pelatihan nanti juga akan dibekali beragam keterampilan manajerial, seperti sistem digitalisasi bisnis, perjanjian kerja, dan kontrak kerja. Menurut Co-founder & CPO Vokraf Mahatma Waskitadi, selain keterampilan itu, para peserta juga akan diingatkan kembali tentang memperjelas target dari usaha fotografi yang dilakoni. 

"Pelatihan menyasar orang-orang yang mau belajar dari nol. Tekniknya simpel dan bisa cepat dipraktikkan. Nanti ada evaluasi, tetapi bukan penilaian semata, tapi memberi pencerahan karena biasanya peserta akan datang dengan contoh kasus masing-masing," kata Mahatma.

Selain fotografi, pelatihan juga diberikan bagi ilustrator yang akan diikuti 500 peserta. Konsep pelatihan dilakukan secara virtual, serupa dengan yang diterima peserta kelas fotografi.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya