Menabung Calon Turis Lewat Tur Wisata Virtual di Masa Pandemi

Tur wisata virtual bukanlah substitusi dari wisata langsung, tetapi fungsinya penting untuk memasarkan destinasi wisata di masa pandemi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Okt 2020, 12:01 WIB
Foto: Pixabay Funky Focus.

Liputan6.com, Jakarta - Meski sejumlah destinasi sudah membuka kembali pintunya untuk dikunjungi wisatawan, tak demikian halnya dengan sebagian besar masyarakat. Masih banyak yang takut untuk kembali beraktivitas di luar jadi penyebabnya walau keinginan liburan sudah menggebu. Tur virtual bisa menjadi jalan tengah untuk situasi tesebut.

Tak hanya bermanfaat bagi publik, tur virtual juga merupakan salah cara mempertahankan napas pariwisata daerah di tengah pandemi. Di sinilah pemandu wisata berperan vital. Mereka dituntut mampu membawa publik menikmati perjalanan wisata secara tak langsung dengan kesan yang tak kalah seru dari perjalanan langsung.

"Peran pemda untuk menyediakan informasi kepada masyarakat sangat penting sekali, dan dengan adanya virtual tour, maka setelah pandemi COVID-19 berakhir, wisatawan akan dapat segera berkunjung ke daerah wisata," ujar Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin (19/10/2020).

Ia mengatakan, LOCALISE SDG's, sebuah program kolaboratif UCLG ASPAC - APEKSI yang didanai oleh Uni Eropa, berusaha membantu pemerintah daerah di Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dalam upaya pemulihan sektor pariwisata melalui berbagai kegiatan, termasuk memfasilitasi pelatihan pemandu wisata di 34 provinsi untuk mendukung tur virtual.

"Melalui berbagai kegiatan virtual event telah mengungkapkan praktik baik yang menarik dalam mempromosikan destinasi wisata di masa Adaptasi Kebiasaan Baru ini, dengan tetap memastikan terlaksananya upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau TPB," sambung dia.

Sementara, COO dan Co-founder Atourin Reza Permadi menyebut wisata virtual sebagai salah satu solusi untuk membantu para pemandu wisata yang tidak dapat bekerja selama pandemi Covid-19. Ia juga sepakat bahwa tur virtual dapat menginformasikan lebih detail terkait lokasi wisata di daerah.

"Solusi yang kami lakukan selama pandemi dengan menyelenggarakan acara yang serba virtual, baik itu melalui virtual tour dan virtual event. Kami mulai mengajak mitra pemandu wisata di 34 provinsi dan melakukan pelatihan bagi para pemandu wisata secara gratis. Sudah 433 pemandu wisata yang mengikuti pelatihan ini," ia menjelaskan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Bukan Substitusi

Ilustrasi tur virtual. (dok. Foto Bradley Hook/Pexels)

Pihaknya juga berkolaborasi dengan berbagai pihak seputar pelatihan tur wisata virtual, seperti dengan Kemenparekraf, Bakti Kominfo, dan National Geographic Indonesia, dalam pembuatan dokumentasi interaktif tur virtual. Namun, ia menegaskan hal itu bukanlah substitusi kegiatan wisata fisik, melainkan sebagai wadah informasi bagi calon turis sebelum mengunjungi destinasi yang diidamkan di kemudian hari.

"Untuk setiap kegiatan virtual tour, kami mendorong wisatawan untuk bisa langsung datang aktual ke sana dengan menghubungi pemandunya," ucap dia.

Antusiasme tentang tur virtual juga juga dipaparkan oleh Wisata Kreatif Jakarta, sebuah operator tur berbasis komunitas, sebagai upaya untuk bertahan di kondisi pandemi tanpa bergantung pada bantuan pemerintah. "Jika biasanya hanya terbatas di Jakarta dan sekitarnya, melalui virtual tour, kami dapat membuat rute keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri," tutur Ira Lathief, Founder Wisata Kreatif Jakarta.

Ira juga mengatakan bahwa story telling yang baik adalah aspek yang dapat dimanfaatkan para pemandu untuk menarik perhatian wisatawan. Semua bisa dilakukan dengan memandu dari rumah atau off-site.

"Budaya merupakan unsur penting yang dapat ditunjukkan dengan bantuan foto dan video. Banyak format wisata virtual yang dapat dilakukan oleh penyedia jasa pariwisata," jelasnya.


Marketing 5.0

Lawang Sewu (dok. Fadila Adelin)

Event tur virtual juga digelar PT KA Wisata, anak Perusahaan Kereta Api Indonesia (PT KA Indonesia). Otnial Eko P. selaku Manajer Tour and MICE PT KA Wisata menilai pariwisata digital sebagai sarana untuk mempromosikan paket aset-aset wisata dengan menggabungkannya dengan metode marketing 5.0. Inovasi ini dilakukan akibat target dan pendapatan yang turun secara drastis selama pandemi COVID-19.

"(Kami) meluncurkan virtual tour yang dimulai dari Lawang Sewu, dan Museum Kereta Api Ambarawa yang berada di bawah naungan KAI," kata Otnial.

Dengan teknis live streaming dan diskusi, peserta tur hadir secara real-time di lokasi dan studio KAP untuk menjawab pertanyaan. PT KA Wisata juga mengajak para pemandu wisata di Indonesia untuk bergabung, dielaborasi dengan pelaksanaan marketing 5.0.

"Sehingga, wisatawan juga dapat membeli oleh-oleh khas daerah tersebut dan akan langsung dikirimkan ke peserta, " sambung dia.

"Kami berencana untuk menggabungkan virtual tour dengan paket offline dengan standar protokol COVID-19 tentunya," dia menambahkan seraya menyatakan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan beragam destinasi wisata lain di Indonesia.

Infografis 7 Cara Aman Naik Transportasi Publik Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya