Liputan6.com, Paris - Ibu Negara Prancis Brigitte Macron dilaporkan menjadi kontak dekat dengan kasus COVID-19. Ia kini mengisolasi diri selama tujuh hari.
Dilaporkan Le Figaro, Selasa (20/10/2020), Brigitte bertemu dengan orang yang positif COVID-19 pada 15 Oktober kemarin. Namun, ia baru dikonfirmasi positif pada Senin 19 Oktober. Orang itu menunjukan gejala COVID-19.
Kendati demikian Brigitte Macron tidak mengalami gejala COVID-19.
Baca Juga
Advertisement
"Mengikuti rekomendasi otoritas kesehatan, ia akan memasuki periode isolasi selama tujuh hari," tulis pernyataan resmi Macron.
"Brigitte Macron hari ini tidak menunjukan tanda apapun dari penyakit ini," lanjut pernyataan tersebut.
Brigitte Macron juga tidak menghadiri aksi simpatik untuk mengenang guru sejarah di Prancis yang kepalanya dipenggal teroris di jalanan. Presiden Prancis Emmanuel Macron hadiri di acara.
Saat ini kasus COVID-19 di Eropa sedang meningkat. Berdasarkan laporan Johns Hopkins University, total kasus di Prancis mencapai 952 ribu. Sebanyak 33 ribu pasien meninggal dunia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Indonesia dan Imperial College London Sepakati Kerja Sama Pengembangan Vaksin COVID-19
Sementara itu, Kedutaan Besar Inggris di Jakarta mengungkap rencana ambisius yang telah disepakati Indonesia dan Imperial College London (ICL) dalam kerja sama mengatasi Virus Corona COVID-19.
Berdasarkan rangking internasional QS, Imperial College London merupakan satu dari 10 universitas teratas di dunia.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam kunjungannya ke kampus Imperial di London pekan lalu, dan para pemimpin dari Imperial membahas kerja sama masa depan dalam penelitian dan pengembangan platform vaksin RNA yang bersifat self-amplifying (memperkuat diri), kata Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dalam rilisnya pada Senin 19 Oktober 2020.
Eksplorasi koloborasi dalam mengembangkan vaksin COVID-19 serta memperkuat kerja sama pendidikan dilakukan dalam dalam proyek ini.
Delegasi Indonesia disambut oleh Dekan Imperial, Ian Walmsley, yang juga memberikan ringkasan tentang aktivitas kampus dalam mengatasi COVID-19.
Selain itu, delegasi Indonesia pun juga menghadiri pertemuan dengan para peneliti terdepan dari tim vaksin Imperial, Robin Shattock dan berdiskusi tentang pendekatan inovasi vaksin.
"Indonesia dan Imperial tengah mendiskusikan kemungkinan untuk melakukan uji klinis fase 3 dari vaksin RNA self-amplifying di Indonesia. Vaksin self-amplifying RNA penting karena memungkinkan pengembangan unit manufaktur modular atau 'pop-up' yang dapat memastikan akses cepat ke vaksin di mana pun di dunia," ungkap Menlu Retno Marsudi.
Advertisement