Bursa Asia Dibuka Beragam, Investor Menanti Suku Bunga China

China akan mengumumkan suku bunga pinjaman untuk tenor satu tahun dan lima tahun pada pagi ini. Investor bursa Asia menanti pengumuman tersebut.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Okt 2020, 08:40 WIB
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia Pasifik dibuka beragam pada perdagangan Selasa oekan ini. Investor tengah menunggu penetapan suku bunga acuan China untuk rapat yang digelar Oktober ini.

Mengutip CNBC, Selasa (20/10/2020), indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,16 persen. Saham Softbank Group turun lebih dari 1 persen. Sedangkan indeks Topix juga melemah 0,2 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi juga mengalami tekanan. Sedangkan di Australia justru kebalikannya. Indeks S&P/ASX 200 naik tipis.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang menjadi patokan bursa Asia diperdagangkan melemah pada pembukaan hari ini.

China akan mengumumkan suku bunga pinjaman untuk tenor satu tahun dan lima tahun pada pagi ini. Mayoritas analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan tidak akan ada perubahan.

Saat ini, suku bunga pinjaman untuk jangka waktu satu tahun berada di 3,85 persen, sedangkan untuk lima tahunan di 4,65 persen.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Wall Street

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pelemahan bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) tersebut terjadi jelang tenggak waktu kesepakatan stimulus ekonomi sebagai penanganan covid-19.

Mengutip CNBC, Selasa (20/10/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 410,89 poin atau 1,4 persen menjadi 28.195,42. Sebelumnya pada perdagangan Senin, rata-rata 30 saham naik lebih dari 100 poin.

 

Sedangkan indeks S&P 500 turun 1,6 persen menjadi 3.426,92 dan Nasdaq Composite mundur 1,7 persen menjadi 11.478,88.

Baik Dow dan S&P 500 membukukan perdagangan terburuk sejak 23 September. Nasdaq membukukan kerugian satu hari terbesar sejak 2 Oktober.

Perdagangan di Wall Street pada Senin ini juga mencatat penurunan lima hari berturut-turut pertama sejak Agustus 2019.

Saham teknologi berkontribusi terhadap penurunan tersebut. Alphabet, Microsoft, Apple dan Amazon semuanya turun setidaknya 2 persen. Facebook merosot 1,7 persen.

Dalam indeks S&P 500, sektor yang mengalami kinerja terburuk adalah sektor energi dan teknologi, masing-masing turun 2,1 persen dan 1,9 persen.

Ketua DPR Nancy Pelosi memberikan waktu 48 jam kepada pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mencapai kesepakatan bantuan sebelum pemilihan 3 November. Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dijadwalkan untuk bertemu pada Senin sore.

Namun, The Washington Post melaporkan, mengutip sumber yang tidak bisa disebutkan, bahwa pembicaraan mengenai stimulus antara Pelosi dan pemerintah sepertinya masih jauh dari kata sepakat. Berita tersebut membuat Wall Street masuk ke posisi terendah pada perdagangan Senin ini.

“Pasar saham terus menjadi sangat sensitif terhadap pembicaraan apa pun yang berkaitan dengan stimulus,” jelas analis senior Wells Fargo Investment Institute, Scott Wren.

Wall Street reli dari posisi terendah pada Maret karena adanya berita yang lebih baik dalam hal vaksin," tambah dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya