Liputan6.com, Jakarta Aktif bergerak dan rutin berolahraga di masa pandemi tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan imun tubuh tetapi juga dapat mencegah penyakit lain, salah satunya osteoporosis.
Achmad Yurianto, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan bahwa prevalensi osteoporosis di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Advertisement
"Ini bisa menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan nasional karena osteoporosis atau penyakit pengeroposan tulang ini dapat menyerang siapa saja, tidak terkecuali pada anak muda," kata Yuri dalam sambutannya di Peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2020 Perhimpunan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) pada Selasa (20/10/2020).
Namun, apabila masyarakat abai terhadap ancaman osteoporosis, jumlah mereka yang mengalami kondisi ini bisa bertambah dari hari ke hari.
Selain itu, Yuri juga mengungkapkan bahwa menurut data World Health Organization (WHO), di dunia saat ini terdapat sekitar 200 juta orang yang mengalami osteoporosis.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Faktor Risiko Osteoporosis dapat Dicegah
"Selain itu, 50 persen kejadian patah tulang diakibatkan oleh osteoporosis. Hal ini akan sangat menjadi masalah untuk memicu kecacatan seumur hidup hingga menyebabkan kematian," kata Yuri.
"Bahkan WHO menyatakan osteoporosis ini sebagai penyakit yang mematikan secara diam-diam. Ini menjadi ancaman yang nyata bagi kesehatan di seluruh dunia."
Fiastuti Witjaksono, dokter spesialis gizi klinik dan Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia mengatakan, beberapa faktor risiko osteoporosis sesungguhnya dapat dicegah.
Beberapa faktor risiko tersebut seperti pola makan yang buruk, kekurangan kalsium dan vitamin D, mengonsumsi makanan dan minuman seperti garam, soda, atau kopi secara berlebihan, serta kurang aktivitas fisik.
"Makan yang baik, cukup kalsium, cukup vitamin D, terpapar sinar matahari, aktivitas fisik, menghindari rokok, alkohol, kopi, iItu harus dilakukan sejak usia sangat muda, sehingga kita bisa mendapatkan tulang yang kuat dan tulang yang sehat."
"Sehingga pada usia-usia dewasa muda atau usia menopause, tidak terjadi kerapuhan tulang yang dapat berakibat atau berefek pada patah tulang," ujar Fiastuti.
Advertisement