Dibayangi Resesi, Rupiah Ditutup Menguat ke 14.657 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini ditutup menguat

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Okt 2020, 16:29 WIB
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini ditutup menguat. Dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/10/2020), rupiah ditutup berada di 14.657 per dolar AS, menguat jika dibandingkan penutupan kemarin di 14.707 per dolar AS.

Meski demikian, rupiah dibayang-bayangi aroma resesi yang sudah terlihat di depan mata. Tingkat konsumsi masyarakat juga masih jalan di tempat. Tak hanya itu kondisi yang sama juga terjadi dibeberapa negara yang sejak awal telah lebih dulu mengalami resesi ekonomi.

Direktur PT TRFX Garda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai kondisi ini tidak perlu ditakuti lagi. Sebab sebelumnya sudah ada 49 negara di dunia yang bernasib sama dengan Indonesia.

"Sehingga resesi tidak perlu ditakutkan lagi, saat ini pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu berjuang bersama untuk mengembalikan ekonomi yang sempat hancur akibat pandemi covid-19," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Selasa (20/10/2020).

Ibrahim melanjutkan pada dasarnya fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih cukup bagus. Selain itu para investor juga masih jadi favorit.

Terutama pada surat utang negara (SUN) dan obligasi dengan bunga yang masih kompetitif.Sebagai Informasi, pada triwulan III-2020, Pemerintah memperkirakan PDB tumbuh kontraksi 1-2,9 persen. Hampir seluruh komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Konsumsi rumah tangga akan di antara minus 1,5 persen sampai 3 persen. Investasi juga masih mengalami tekanan antara minus 6,4 persen-8,5 persen. Ekspor masih dalam range minus 8,7 persen-13,9 persen. Impor juga masih mengalami tekanan.

"Secara keseluruhan untuk 2020 adalah antara minus 0,6 persen-1,7 persen," kata dia. Tak hanya itu saja, aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan aktivis buruh yang menolak UU Cipta Kerja juga turut memengaruhi melemahnya rupiah pada perdagangan sore ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sisi Eksternal

Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi eksternal, pasar terus memantau jelang batas waktu Selasa yang diberlakukan sendiri untuk meloloskan langkah-langkah stimulus AS terbaru. Ketua DPR Nancy Pelosi, yang menetapkan tenggat waktu Selasa, dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin untuk terus mempersempit perbedaan mereka. Pelosi juga berharap akan ada kejelasan tentang langkah-langkah itu dapat disahkan sebelum pemilihan presiden 3 November atau sebaliknya.

Selain itu, Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida menyoroti kebutuhan mendesak agar langkah-langkah stimulus disahkan. Meskipun ekonomi AS pulih dengan kuat setelah mengalami pukulan besar berkat Covid-19, ia memperingatkan perlu waktu satu tahun lagi bagi ekonomi untuk kembali ke tingkat sebelum krisis.

"Serta membutuhkan waktu lebih lama bagi pasar tenaga kerja untuk memulihkan kerugian," sambung Ibrahim.Sementara itu, kondisi rupiah juga dipengaruhi pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa (UE). Setelah pecah kepala negosiator Inggris David Frost memperingatkan agar negara tersebut tidak melihat dasar untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan kecuali ada perubahan mendasar dalam pendekatan UE.

Komentar Frost sebelumnya memupuskan harapan negosiasi antara kedua pihak akan dilanjutkan. Kemudian, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan bank sentral akan mempertahankan kebijakan yang akomodatif untuk menanggapi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya