Liputan6.com, Jakarta Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyampaikan, pembelajaran kepada masyarakat terkait dampak libur panjang di masa pandemi COVID-19. Apalagi libur panjang akhir Oktober 2020 sebentar lagi tiba.
"Mari kita belajar dan berkaca pada pengalaman sebelumnya. Libur panjang telah terbukti berdampak pada kenaikan kasus positif COVID-19 di tingkat nasional," papar Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/10/2020).
"Hal ini dipicu karena terjadinya kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama masa liburan serta ketidakpatuhan masyarakat pada protokol kesehatan."
Advertisement
Wiku menerangkan, dampak libur panjang dan kenaikan kasus positif COVID-19 dikaji melalui persentase angka pada periode libur Idul Fitri 2020.
"Pada periode libur panjang Idul Fitri dari 22-25 Mei 2020, terjadi kenaikan jumlah kasus COVID-19 harian dan kumulatif mingguan sekitar 69 sampai 93 persen," terangnya.
"Angka itu dilihat sejak hari libur Idul Fitri dengan rentang waktu 10-14 hari. Jadi, selama 10-14 hari kemudian, kita melihat dampaknya (kenaikan kasus)."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kasus Positif Naik dalam 2 Minggu
Selain masa libur panjang Idul Fitri 2020, momen serupa pada 20-23 Agustus 2020-libur Hari Kemerdekaan RI--juga terjadi kenaikan kasus COVID-19.
"Ada kenaikan jumlah kasus COVID-19 harian dan kumulatif mingguan sebesar 58 sampai 118 persen setiap libur panjang pada pekan ketiga Agustus 2020," jelas Wiku.
"Rentang waktunya ternyata selama 10-14 hari. Jadi, ada juga kenaikan absolut pada positif. Hasil tes positif COVID-19 yang naik sampai 3,9 persen dalam dua minggu di tingkat nasional."
Untuk mengantisipasi kenaikan kasus positif COVID-19 saat libur panjang, perlu sinergi masyarakat menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.
Advertisement