Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan studi dari Yilmazkuday tahun 2020 berjudul Stay at Home, World to Fight Against COVID-19: International Evidence from Google Mobility Data menunjukkan, masyarakat yang berdiam di rumah dapat berkontribusi terhadap pengurangan kasus COVID-19.
"Studi ini dibuat 130 negara. Hasilnya, 1 persen peningkatan masyarakat yang berdiam di rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan COVID-19," Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/10/2020).
"Bahkan 1 persen pengurangan mobilitas (pergerakan) masyarakat menggunakan transportasi umum di terminal, stasiun atau bandara akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan."
Advertisement
Selanjutnya, 1 persen pengurangan kunjungan masyarakat ke tempat retail dan rekreasi juga akan mengurangi 25 kasus dan 3 kematian COVID-19 mingguan.
"Apabila terjadi 1 persen pengurangan kunjungan ke tempat kerja atau work from office akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian COVID-19 mingguan. Bisa kita bayangkan, berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi dan selamatkan dengan terjadinya berbagai pengurangan kunjungan tadi," pungkas Wiku.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Pengurangan Mobilitas Dalam Kota
Selain dari Yilmazkuday, ada juga studi lain berjudul Effects of Human Mobility Restrictions on The Spread of COVID-19 in Shenzhen, China: a modelling study using mobile phone data yang memperlihatkan adanya linearitas antara penekanan mobilitas masyarakat terhadap penurunan kasus dan kematian akibat COVID-19.
"Menurut studi dari Zhou tahun 2020, ternyata pengurangan mobilitas dalam kota 20 persen dapat melandaikan kurva kasus COVID-19 sebanyak 33 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama dua minggu," papar Wiku.
"Ini adalah hal yang penting. Kemudian pengurangan mobilitas dalam kota 40 persen dapat melandaikan kurva kasus COVID-19 sebanyak 66 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama 4 minggu."
Lebih lanjut, Wiku mengatakan, pengurangan mobilitas dalam kota 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama 14 minggu.
Advertisement