Sosok Transgender Pertama yang Duduki Posisi Wakil Perdana Menteri Belgia

Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter adalah seorang transgender yang juga ginekolog serta mantan profesor kedokteran reproduksi.

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Okt 2020, 16:03 WIB
Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter yang merupakan seorang transgender, juga ginekolog dan mantan profesor kedokteran reproduksi. (dok. Instagram @pdsutter/https://www.instagram.com/p/BzbJq_epERp/)

Liputan6.com, Jakarta - Politikus transgender, Petra De Sutter berhasil menduduki posisi sebagai Wakil Perdana Menteri Belgia yang baru. Sejak terpilih, sosoknya begitu mencuri atensi banyak pasang mata.

Dilansir dari laman Metro, Rabu (21/10/2020), Petra yang merupakan anggota Partai Green ini diambil sumpahnya pada 4 Oktober lalu sebagai salah seorang dari tujuh Wakil Perdana Menteri Belgia. Ia juga sempat membagikan cuitan lewat Twitter pribadinya setelah dilantik.

"Saya bangga di Belgia dan di sebagian besar Uni Eropa identitas gender Anda tidak mendefinisikan Anda sebagai pribadi dan bukan sebuah masalah," demikian tulis Petra.

"Saya berharap pengangkatan saya sebagai menteri dan wakil PM dapat memicu perdebatan di negara-negara yang belum demikian. #fighttransphobia," lanjutnya.

Petra juga akan bertindak sebagai menteri layanan sipil. Tugas yang diembannya itu bertanggung jawab atas administrasi publik dan perusahaan publik.

Ia juga seorang ginekolog dan mantan profesor kedokteran reproduksi. Pada 2014, Petra mencalonkan diri dalam pemilihan Parlemen Eropa, meski kala itu ia tidak berhasil. Masih di tahun yang sama, ia ditunjuk sebagai anggota parlemen transgender terbuka pertama dan berhasil menyabet kursi sebagai anggota parlemen pada 2019.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Memilih Transgender

Wakil Perdana Menteri Belgia Petra De Sutter yang merupakan seorang transgender, juga ginekolog dan mantan profesor kedokteran reproduksi. (dok. Instagram @pdsutter/https://www.instagram.com/p/BzbJq_epERp/)

Melalui situs webnya, Petra De Sutter sempat berbagi cerita terkait pilihannya menjadi transgender. Keputusan besar tersebut akhirnya ia ambil ketika memasuki usia 40 tahun.

"Saya berumur empat puluh tahun ketika saya memutuskan untuk sepenuhnya menjadi perempuan seperti yang saya inginkan dan karena keputusan ini saya kehilangan rekan kerja, orang yang saya kenal dan bahkan teman," demikian ungkapnya.

"Tidak semua orang memiliki keberuntungan dalam hidup yang saya miliki, diterima di lingkungan kerja saya, diterima oleh pasangan saya. Nyatanya, sangat sedikit orang dalam situasi saya yang beruntung ini," lanjutnya.

Petra menambahkan, karena itulah ia ingin berkontribusi bagi mereka yang kurang beruntung. Ia menyebut memiliki rasa keadilan yang sangat kuat dan menemukan ketidakadilan sehingga orang-orang di dunia menderita hanya karena ingin menjadi siapa mereka.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya