Liputan6.com, Jakarta - Meski mendung menggelayuti langit ibu kota, tak menyurutkan burung besi bersimbol negeri matahari terbit untuk hinggap dan mencengkeramkan kukunya pada landasan pacu Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB lewat ketika kemudian Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga beserta istri, Mariko Suga, keluar dari pintu pesawat kenegaraan yang fenomenal itu.
Advertisement
Di bawah tangga pesawat Sekretaris Kabinet Pramono Anung telah menanti sejak beberapa menit yang lalu untuk menyambut kedatangan PM yang baru dilantik sejak 16 September 2020 itu.
Dikutip dari Antara News, Rabu (21/10/2020), tak ada jabat tangan, tanpa bersentuhan, semuanya tersenyum di balik masker yang seakan menjadi titik balik bagi era penyambutan tamu agung di tengah pandemi COVID-19.
Semuanya berjalan singkat tanpa banyak basa basi hingga rombongan diarahkan langsung ke Istana Kepresidenan Bogor.
Berbulan-bulan sejak pandemi, Istana absen dari seluruh kegiatan penyambutan tamu kenegaraan hingga kehadiran PM Jepangyang baru saja melakukan kunjungan serupa ke Vietnam.
Maka semuanya pun bergegas untuk melakukan persiapan, meski keadaan jelas berbeda, selain mendung pandemi pun mensyaratkan perubahan pada protokol upacara penyambutan resmi agar tetap aman dari penularan COVID-19.
Karpet merah digelar namun upacara tak semeriah dulu karena seluruhnya dimodifikasi, termasuk jumlah pasukan kehormatan yang terbatas dan dengan jarak yang lebih renggang.
Setibanya di Istana Bogor sekitar pukul 16.00 WIB, rombongan PM Yoshihide Suga disambut oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Prosesi kedatangan tamu negara kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan resmi di teras Istana karena situasi hujan. Lagu kebangsaan kedua negara diperdengarkan dengan diiringi dentuman meriam sebanyak 19 kali.
Selesai upacara, kedua pemimpin memperkenalkan delegasi masing-masing. Presiden Jokowi beserta Ibu Negara Iriana kemudian mengajak PM Yoshihide Suga dan Ibu Mariko Suga memasuki Ruang Teratai Istana Kepresidenan Bogor untuk menandatangani buku tamu kenegaraan dan berfoto bersama, sebelum melakukan perbincangan di veranda.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video ini:
Titik Balik
Meski ada begitu banyak yang berbeda dalam rangkaian acara kenegaraan tapi sejatinya kedatangan PM Suga menjadi simbol atas banyak hal.
Lawatan dari pemimpin dari negara berpengaruh di kawasan Asia Pasifik menjadi titik balik bagi dimulainya aktivitas baru penguatan kemitraan strategis di tengah kekhawatiran akan wabah pandemi COVID-19.
Semua semakin terbiasa untuk hidup dengan cara baru, dengan protokol yang serba baru, sebagai adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi.
Selain itu pemilihan Indonesia sebagai negara yang menjadi tujuan lawatan pun bukan tanpa alasan hingga meninggalkan kesan yang mendalam dan pesan ke dunia bahwa Indonesia adalah negara yang meyakinkan dalam penanganan COVID-19.
Atas keyakinan itu pula PM Suga memilih Indonesia untuk dikunjungi setelah memastikan bahwa semuanya aman dari kekhawatiran akan COVID-19. Kesan bahwa Indonesia aman COVID-19 bukan semata terbatas pada jumlah kasus yang ada melainkan kepercayaan dan keyakinan dunia pada pemerintah Indonesia dalam menangani COVID-19.
Citra itu menjadi penting karena merupakan simbol optimisme kepada Indonesia yang nantinya mengarah pada kepercayaan investor untuk masuk bahkan keyakinan wisatawan mancanegara untuk kembali berkunjung ke Indonesia.
Maka wajar jika kemudian, kunjungan PM Suga sebagai pemimpin negara pertama yang melawat ke Indonesia sejak masa pandemi menjadi titik balik bagi terbentuknya citra Indonesia yang lebih baik di mata dunia.
Kedatangan PM Suga sekaligus menjadi penanda bahwa perjalanan di masa pandemi tetap aman sepanjang menerapkan protokol dengan standar kesehatan yang ketat.
Advertisement
Kemitraan Konkret
Di balik syahdunya suasana di Istana Kepresidenan Bogor dengan tata lampu jingga yang teduh saat hujan di senja hari, tersimpan harapan ada kerja sama yang konkret dalam pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan PM Yoshihide Suga.
Istana memang tak sesesak hari-hari sebelum pandemi ketika ada upacara kenegaraan serupa tapi tetap saja lalu lalang sosok-sosok dengan jas dan pakaian sipil lengkap menghiasi Istana yang dalam beberapa waktu terakhir terkesan sepi itu. Yang berbeda dalam pakaian mereka adalah kini semuanya bermasker.
Para pejabat pun turut hadir, mereka berdiri untuk mengkonkretkan segala kerja sama yang pernah dan akan direalisasikan dalam pertemuan langka itu. Ada di antaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Tokyo Tri Purnajaya.
Penyambutan hangat kepada PM Suga oleh Presiden Jokowi selaras dengan apresiasi Kepala Negara RI yang menyambut baik relokasi dan perluasan investasi perusahaan-perusahaan Jepang ke Indonesia.
"Kunjungan ini merupakan sebuah simbol komitmen yang kuat untuk kerja sama Indonesia dan Jepang yang saling menguntungkan sebagai implementasi dari kemitraan strategis kedua negara," kata Presiden Jokowi.
Diplomasi veranda dan keindahan Istana Bogor pun mewarnai ditengah pesan kemitraan yang ingin diwujudkan, Presiden Jokowi misalnya dengan tegas mengusung 4 hal dalam pertemuan bilateral dengan PM Suga.
Presiden Jokowi menekankan pentingnya kerja sama pengelolaan pandemi COVID-19, kesepakatan pembentukan travel corridor arrangement bagi bisnis esensial, kerja sama di bidang ekonomi dan mendorong Jepang ikut berpartisipasi dalam Sovereign Wealth Fund Indonesia, serta memperkuat kerja sama multilateral dan kerja sama inklusif sebagaimana tercermin dalam ASEAN Outlook on Indopacific.
Beberapa isu seperti Laut China Selatan juga diangkat oleh Presiden Jokowi termasuk sikapnya untuk tetap tegas dalam upaya menegakkan perdamaian yang stabil di kawasan.
Sementara PM Suga pun menekankan pada beberapa hal termasuk di antaranya dukungannya terhadap konsep Indopacific yang dipelopori oleh Indonesia bahkan Jepang menetapkan memberikan pinjaman sebagai bantuan fiskal sebesar 50 miliar yen untuk meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana Indonesia.
PM Suga juga memastikan untuk memulai kembali perjalanan kedua negara bagi pebisnis termasuk perawat dan caregiver di bawah kerangka EPA sekaligus sepakat untuk berkoordinasi agar memulai perjalanan dengan tujuan bisnis dalam jangka pendek melalui pelonggaran isolasi mandiri selama 14 hari setelah memasuki negara tujuan.
Selain itu, PM Suga semakin mantap dalam memajukan kerja sama di bidang infrastruktur seperti MRT, kereta semi cepat jalur Jakarta-Surabaya, pembangunan Pelabuhan Patimban, pembangunan pulau-pulau terluar, dan kerja sama untuk meningkatkan ketahanan ekonomi.
Bahkan kedua pemimpin juga sepakat mengkonkritkan kerja sama pertahanan dan keamanan kedua negara dengan mengadakan pertemuan 2+2 sekaligus mempercepat pembahasan pengalihan peralatan, teknologi pertahanan, dan mendorong pengembangan SDM termasuk penegakan hukum di laut.
Suga juga fokus mengangkat isu regional terkait Korea Utara dan Laut China Selatan dimana kedua negara akan bergandengan tangan mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan kawasan berlandaskan kemitraan strategis.
Pertemuan yang bersejarah itu kemudian ditutup dengan sebuah jamuan santap malam kenegaraan bagi PM Yoshihide Suga di Ruang Garuda yang syahdu.
Istana Bogor pun menjadi saksi bagi digantungkannya harapan baru tentang citra Indonesia yang semakin dipercaya dan meyakinkan di mata dunia.