Liputan6.com, Cirebon - Sosok putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming menjadi daya tarik Ahmad Bahar untuk menuliskannya dalam sebuah buku.
Adalah Ahmad Bahar, salah seorang penulis asal Jawa Timur tersebut mengaku tertarik menulis buku tentang Gibran Rakabuming. Buku berjudul 'Menang Ora Opo-Opo Kalah Yo Uwis' itu menceritakan sosok Gibran melalui peristiwa budaya.
Baca Juga
Advertisement
"Isinya memang terkait fenomenal Gibran sebagai peristiwa budaya, salah satunya yaitu rekomendasi dia sebagai calon wali kota Solo," ujar Bahar di salah satu kafe di Kota Cirebon, Selasa (20/10/2020).
Bahar mengaku menggelar pra launching buku tersebut di Cirebon dan beberapa kota lain. Bahar mengaku tertarik menulis buku itu karena Gibran dinilai sebagai sosok milenial.
Apalagi, Gibran banyak dibicarakan orang karena pencalonannya menuju kursi Wali Kota Solo.
"Gibran itu simbol tentang masa depan, bibit pemimpin masa depan dan itu dimulai dari sekarang. Kalau saat ini (pencalonan Wali Kota Solo) disebut latihan, ya boleh saja," tuturnya.
Uniknya, Bahar tidak memperlihatkan buku yang ditulisnya itu kepada awak media. Buku tersebut akan diedarkan pada 3 November langsung ke tangan pembeli yang sudah melakukan pemesanan sebelumnya secara online.
Berbekal gawai, satu-per satu bab demi bab buku tersebut dibahas. Penulisan buku Gibran ini dirangkum dalam dua bahasa yakni bahasa Jawa dan Indonesia, utamanya di bagian-bagian sub judul.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tangkal Hoaks
"Buku ini berisi kurang lebih 153 halaman. Cetakan pertama dibuat 15 ribu eksemplar, dan saat ini sudah dipesan secara pre order sebanyak 500 eksemplar," tutur Bahar, yang memiliki nama pena Juminem.
Ia juga mengatakan, isi buku tersebut memang banyak terkait dengan Gibran yang dinilai fenomenal. Namun, kata dia, tujuan utama pembuatan buku ini untuk mencerdaskan masyarakat di tengah banyaknya berita-berita hoaks.
Korban termakan hoaks, termasuk berita-berita tentang Gibran banyak yang dianggap miring.
“Saya bukan pendukung dia (Gibran), tidak kenal dia sebelumnya, hanya tahu bahwa dia merupakan anak dari seorang Presiden. Oleh karena itu saya menulisnya menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan tapi bagian dari peristiwa budaya, bukan peristiwa politik," ungkapnya.
Pendiri Pena Writing School ini dalam bukunya juga mengisahkan tentang pencalonan Gibran dalam peritiwa budaya sebagai fenomena baru. Dalam salah satu sub judul buku ini tentang ‘Uwis Wayaye’ yang artinya kalau Gibran muncul mungkin sudah waktunya anak muda tampil di muka (sebagai calon).
"Tapi masalahnya kenapa harus anak muda yang merupakan anak dari Jokowi. Apakah yang lain tidak ada yang lebih hebat dan mampu, hanya saja ada daya tarik dan data lebihnya, karena dia anak dari seorang Presiden," kata Bahar.
Advertisement