Sederet Hal yang Tak Boleh Dilakukan Orangtua Saat Anak Tantrum

Sebenarnya tantrum itu sendiri merupakan bagian normal dari perkembangan anak.

oleh Asnida Riani diperbarui 25 Okt 2020, 05:01 WIB
Ilustrasi anak menangis. (dok. unsplash @arwanod)

Liputan6.com, Jakarta - Kendati tergolong normal bagi perkembangan anak, tantrum bisa sangat memalukan dan membuat frustrasi para orangtua. Karenanya, mengetahui cara menghadapinya adalah keterampilan esensial.

Meski orangtua biasanya paham untuk tak menuruti amukan atau memerhatikan anak berperilaku buruk, ada sesuatu tentang tantrum yang lebih menguji kesabaran dan keberanian para orangtua dalam bersikap.

Marah biasanya tak akan membantu, bahkan bisa membuatnya kian parah dalam beberapa kasus. Melansir laman AsiaOne, Rabu, 21 Oktober 2020, berikut sederet hal yang harus dihindari saat anak tantrum.

1. Bersikap Terlalu Kaku

Anak-anak sebenarnya sama seperti remaja. Mereka tengah mengeksplorasi kemandirian dan batasan sebagai individu. Penting untuk bersikap fleksibel mengingat marah dan membungkam anak tak akan membantu.

Berikan anak Anda yang berkemauan keras rasa kendali dengan menawarkan tak lebih dari dua pilihan pada sesuatu yang dapat Anda jalani, situasi win-win untuk kalian. Jangan sampai anak merasa tak didengarkan dan dihargai pendapatnya, terlebih saat tantrum.

Ilustrasi anak menangis (iStockphoto)

2. Tak Berusaha Memahami Alasan Anak Tantrum

Meski menuruti amukan adalah hal yang sangat dilarang, meremehkan atau mengabaikan perasaan anak juga bukanlah ide yang baik. Jangan merendahkan anak dengan mengatakan bahwa ada sesuatu yang bukan masalah besar atau ia konyol karena marah.

Jangan pula memberi tahu anak Anda bagaimana perasaannya karena Anda tak tahu apa yang anak rasakan. Di samping, tak ada yang suka diberitahu apa yang harus dilakukan, terutama balita yang mungkin tak dapat sepenuhnya mengomunikasikan perasaannya.

Cobalah dengan tulus mencari tahu apa yang menyebabkan tantrum dan apakah anak punya alasan kuat untuk marah-marah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


3. Marah dengan Membabi-buta

Ilustrasi anak menangis. (dok. unsplash @zahraamiri_)

Meski Anda mungkin ingin balik berteriak, jangan! Tugas Anda adalah mencontohkan perilaku yang baik. Jadi, tetaplah tenang dan jangan berada di level yang sama dengan anak kala itu.

Selain itu, jangan menggunakan sarkasme karena biasanya anak sulit memahami cara kerja sarkasme pada usia tersebut. Penggunaannya hanya akan membuat mereka mungkin bingung tentang apa yang sebenarnya Anda katakan.


4. Berunding Sebelum Anak Tenang

Ilustrasi anak menangis. (dok. unsplash @arwanod)

Selayaknya orang dewasa, anak-anak hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar. Jadi, jangan buang waktu dan energi Anda untuk mencoba bernalar dengan mereka di tengah amukan emosional.

Kata-kata Anda kemungkinan besar tak akan didengar dan mungkin memperpanjang situasi tak kondusif. Sebagai ganti, sebisa mungkin Anda harus menenangkan anak lebih dulu.


5. Tak Tegas

Ilustrasi anak menangis. (dok. pexels/Anna Maxelante)

Tak ada anak yang akan menganggap Anda serius jika Anda memeringatkan mereka berulang kali tentang konsekuensi atas perilaku buruk mereka, tanpa ditindaklanjuti dengan hukuman.

Bentuk hukumannya bisa sangat beragam, tak perlu melibatkan omelan apalagi pukulan. Anda bisa menerapkan denda atau hukuman membersihkan bagian tertentu di rumah supaya anak memahami bentuk nyata dari konsekuensi kesalahannya.

Infografis eksploitasi seksual anak (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya