Demonstrasi Rusuh, Polisi Nigeria Tembak Pengunjuk Rasa Secara Brutal

Menanggapi penembakan di Lagos, mantan Menlu AS Hillary Clinton meminta Presiden Nigeria Muhammadu Buhari dan tentara di sana "untuk berhenti membunuh aksi pemrotes".

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Okt 2020, 14:44 WIB
Glock Gun (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Lagos - Sejumlah orang yang ikut serta dalam protes terhadap kebrutalan polisi dilaporkan telah ditembak mati dan mengalami luka di kota terbesar Nigeria, Lagos.

Dikutip dari laman BBC, Rabu (21/10/2020) seorang saksi mata mengaku telah menghitung sekitar 20 jenazah dan sedikitnya 50 orang terluka setelah tentara melepaskan tembakan.

Amnesty International mengatakan telah memperoleh laporan kematian yang kredibel. Pihak berwenang telah menjanjikan penyelidikan atas penembakan itu.

Menanggapi penembakan di Lagos, mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton meminta Presiden Nigeria Muhammadu Buhari dan tentara di sana "untuk berhenti membunuh aksi pemrotes".

Pesepakbola Nigeria Odion Jude Ighalo, yang bermain untuk Manchester United, menuduh pemerintah Nigeria membunuh warganya sendiri.

"Saya malu dengan pemerintah ini," katanya dalam video yang diposting di Twitter.

Saksi mata berbicara tentang pria berseragam yang melepaskan tembakan di pinggiran kota Lekki di Lagos pada Selasa malam.

Tentara bersenjata terlihat menghalangi lokasi protes beberapa saat sebelum penembakan, lapor koresponden BBC Nigeria Nayeni Jones.

Rekaman media sosial yang disiarkan langsung dari tempat kejadian menunjukkan pengunjuk rasa merawat yang terluka.

Simak video berikut ini:


Keterangan Saksi Mata

Jenis Senjata Api Pistol (Sumber: Pixabay)

Seorang saksi mata yang tidak disebutkan namanya mengatakan, "Tepat pukul 6.45 sore [waktu setempat] tentara berhenti ... dan mereka mulai menembaki kami, para pengunjuk rasa.

"Mereka menembak dan menyerang langsung ke arah kami. Itu adalah kekacauan. Seseorang tertabrak tepat di sampingku dan dia mati di tempat.

"Itu adalah kekacauan dan mereka terus menembaki dan menembaki kami. Itu berlangsung sekitar satu setengah jam."

Dia mengatakan tentara telah membangun barikade sehingga ambulans tidak dapat mencapai area protes.

Empat saksi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tentara menembaki para demonstran. Salah satu dari mereka, Alfred Ononugbo, 55, mengatakan: "Mereka mulai menembakkan amunisi ke arah kerumunan. Saya melihat peluru mengenai satu atau dua orang."

Juru bicara Amnesty International Isa Sanusi mengatakan: "Orang-orang dibunuh di pintu tol oleh pasukan keamanan ... kami sedang bekerja untuk memverifikasi berapa banyak."

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya