CDC Perbarui Kriteria Kontak Dekat dengan Pasien COVID-19

Kontak dekat dengan pasien COVID-19 tidak lagi interaksi yang dilakukan selama 15 menit berturut-turut.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Okt 2020, 08:25 WIB
Menkes AS Alex Azar (tengah) didampingi dua petinggi CDC, Robert Redfield (kiri) dan Nancy Messonier dalam konferensi pers COVID-19 di Washington, 28 Januari 2020. (Foto: AFP/Getty/Samuel Corum)

Liputan6.com, New York - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah memerbarui kriteria 'kontak dekat' dengan pasien COVID-19 pada Rabu, 21 Oktober 2020, waktu setempat.

Direktur CDC, Dr Robert Redfield, mengatakan, ini terjadi setelah adanya kasus seorang petugas di lembaga pemasyarakatan (lapas) Vermont positif terpapar virus SARS-CoV-2 atau Virus Corona.

Sebelumnya, kriteria 'kontak dekat'  jika seseorang berbicara atau berada di dalam satu ruangan yang sama dengan jarak enam kaki (1,8 meter) selama 15 menit berturut-turut atau non stop bersama pasien COVID-19.

Namun, setelah mengetahui kronologis yang menimpa petugas lapas Vermont, interaksi yang terjadi dalam waktu singkat pun masuk kriteria sebagai 'kontak dekat'.

Semua ini bermula saat penjara Vermont menerima enam narapidana baru pada 28 Juli 2020. Keenam orang tersebut ditempatkan di unit karantina sambil menunggu hasil tes COVID-19 mereka.

Dikutip dari laporan terbaru CDC yang dirilis pada Rabu, 21 Oktober 2020, selama narapidana menunggu hasil tes usap (swab test) menggunakan metode real-time reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR), petugas yang diketahui berumur 20 tahun sering berinteraksi meskipun tidak lama.

Pada 29 Juli 2020, hasil swab test keluar, para narapidana dinyatakan positif COVID-19.

 

Simak Video Berikut Ini


Pelacakan Langsung Dilakukan Saat Narapidana Dinyatakan Positif COVID-19

Saat hasil tersebut keluar, pihak penjara Vermont melakukan pelacakan kontak menggunakan rekaman video pengawas guna melihat siapa saja yang melakukan kontak dekat. 

Pihak penjara Vermont menyatakan bahwa petugas lapas tidak memenuhi definisi 'kontak dekat', yaitu berada dalam jarak 1,8 meter dari orang yang terinfeksi COVID-19 selama kurang lebih 15 menit berturut-turut.

Merasa dirinya tidak memenuhi kriteria tersebut, petugas itu memilih untuk bekerja ketimbang melakukan karantina mandiri di rumah.

Tahu-tahu, usai melaksanakan shift terakhirnya pada 4 Agustus 2020 malam, dia merasa tak enak badan, batuk, pilek, sakit kepala, disertai dengan sesak napas, serta kehilangan bau dan rasa.

Dia lalu melakukan swab test RT-PCR di laboratorium komersial pada 5 Agustus 2020. Namun, hasilnya baru keluar enam hari kemudian.

Pada 11 Agustus 2020, petugas lapas menerima hasilnya, dia dinyatakan positif COVID-19.

 


Pelacakan Kembali Dilakukan

Mengetahui petugasnya kena COVID-19, pihak penjara Vermont kembali melakukan pelacakan. Terlebih untuk melihat para petugas yang melakukan kontak dekat dengan enam narapidana baru yang ternyata positif Corona.

Menurut laporan CDC, meskipun petugas lapas tersebut tidak menghabiskan waktu selama 15 menit berturut-turut, tapi ternyata banyak terjadi pertemuan singkat yang durasinya bahkan tidak lebih dari dua menit. Namun, itu terjadi berulang-ulang.

Dari hasil pengintaian, setidaknya dalam kurun waktu 8 jam, petugas lapas tersebut diperkirakan melakukan interaksi sebanyak 22 kali dengan enam narapidana baru yang ternyata positif COVID-19.

"Jika dihitung durasinya, totalnya mencapai 17 menit," tulis CDC.

Keenam narapidana dilaporkan memakai masker kain mikrofiber selama berinteraksi dengan petugas lapas yang terjadi di luar sel. Namun, dalam beberapa pertemuan di pintu sel maupun ruang rekreasi, mereka melepas maskernya.

Pun dengan petugas lapasnya, mereka menggunakan masker kain mikrofiber, face shield, kacamata, bahkan sarung tangan.

Karena kejadian ini, CDC kembali mengingatkan menyorot lagi pentingnya menggunakan masker guna mencegah penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. 

"Paparan kumulatif bisa sama berbahaya dengan paparan terus menerus selama 15 menit," kata Pakar Penyakit Menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, Dr William Schaffner dikutip dari situs NBC News pada Kamis, 22 Oktober 2020


Infografis COVID-19

Infografis Tingkat Kematian Covid-19 di Indonesia Lampaui Dunia. (Liputan6.com/Abdillah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya