Adaptasi Kebiasaan Baru di Pesantren, Sri Mulyani Siapkan Rp 2,6 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 2,6 triliun yang akan disalurkan ke pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2020, 13:40 WIB
Sejumlah santri berusia belasan tahun membaca Al quran atau tadarus bersama-sama dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Daarul Qu'ran Pesantren Al Kautsar, Cibinong, Bogor, Kamis (7/5/2020). Kegiatan Khatam Al quran tersebut dilakukan rutin di setiap bulan Ramadan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 2,6 triliun yang akan disalurkan ke pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan. Anggaraan tersebut agar lembaga pendidikan keagamaan bisa beradabtasi dengan kebiasaan baru.

"Pemerintah telah mengalokasikan dana dukungan bagi pesantren dan pendidikan keagamaan di tengah pandemi hingga Rp 2,6 triliun. Salah satunya dalam rangka menyiapkan pesantren untuk bisa beradaptasi terhadap era kebiasaan baru akibat Covid-19," ujar dia dalam webinar bertajuk "Akselerasi Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pesantren dan Komunitas dalam rangka Hari Santri Nasional", pada Kamis (22/10/2020).

Bendahara negara merinci, realisasi bantuan sebesar Rp 2,38 triliun akan digunakan untuk membantu operasional pesantren. Juga lembaga pendidikan keagamaan mulai jenjang Madrasah Diniyah Takmiliyah sampai lembaga pendidikan Al-Quran (LPA).

Kemudian untuk alokasi bantuan pembelajaran secara daring bagi pesantren selama tiga bulan sebanya Rp 211,7 miliar. Adapun besaran nilai bantuan akan mengikuti klasifikasi besaran pesantren.

"Untuk pesantren kecil yang jumlahnya ada 14.900 di dapatkan anggaran Rp 25 juta. Untuk pesantren berukuran sedang yaitu sekitar 4.000 pesantren diberikan bantuan sebesar Rp 40 juta. Dan untuk pesantren besar dengan jumlah 2.200 pesantren di dapatkan anggaran Rp 50 juta," paparnya.

Lalu, pemerintah juga mengalokasikan bantuan operasional bagi 62 ribu pendidikan Diniyah masing-masing diberikan sebesar Rp 10 juta. Juga bantuan operasi 112 ribu pendidikan LPA masing-masing memperoleh Rp 10 juta.

Sedangkan bagi guru, ustadz, dan pengasuh pondok pesantren insentif oleh pemerintah berupa bantuan sosial dan bantuan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana.

"Untuk perbaikan sarana dan prasarana, meliputi tempat wudhu, wastafel, maupun tempat cuci tangan untuk 100 pesantren yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Wapres Ma'ruf Amin Ingin Seluruh Pesantren jadi Pusat Pemberdayaan Ekonomi

Sejumlah santri berusia belasan tahun membaca Al quran atau tadarus bersama-sama dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Daarul Qu'ran Pesantren Al Kautsar, Cibinong, Bogor, Kamis (7/5/2020). Kegiatan Khatam Al quran tersebut dilakukan rutin di setiap bulan Ramadan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin kembali mengikrarkan cita-cita untuk mengembangkan pesantren di Indonesia menjadi pusat pemberdayaan ekonomi. Tujuan itu harus bersinergi dengan fungsi pesantren sebagai tempat pembinaan santri dan dakwah.

Ma'ruf mengatakan, saat ini sudah ada beberapa pesantren yang mulai mengembangkan diri sebagai pusat pemberdayaan ekonomi. Namun, ia ingin fungsi tersebut dijalankan oleh seluruh pesantren di Tanah Air, baik di level kecil, sedang atau besar.

 

"Hari ini kita sekaligus mencanangkan itu. Banyak pesantren yang sudah mulai, tapi kita ingin bahwa semua pesantren menjadi pusat pemberdayaan ekonomi, baik sektor keuangan maupun sektor riil," serunya dalam peringatan Hari Santri Nasional secara virtual, Kamis (22/10/2020).

Demi mencapai tujuan tersebut, pemerintah saat ini tengah membangun bank-bank wakaf mikro dan Baitul mal wat tamwil (BMT) di berbagai pesantren untuk bisa berdayakan masyarakat.

"Kemudian BMT juga bisa jadi channeling dari bank-bank syariah yang ada untuk membiayai masyarakat," sambung Ma'ruf Amin.

Oleh karena itu, ia berharap seluruh pesantren di Indonesia yang berjumlah sekitar 28 ribu unit bisa membangun BMT. Nantinya, tempat tersebut juga akan memperoleh pembiayaan dari bank syariah dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).

Lebih lanjut, Ma'ruf Amin juga mengajak pesantren-pesantren untuk turut mengembangkan visi OPOP, yang merupakan singkatan dari One Pesantren One Product.

"Jadi tiap pesantren punya produk, atau juga mengembangkan produk-produk dari masing-masing masyarakat," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya