Liputan6.com, Jakarta - Hampir genap delapan bulan lamanya masyarakat Indonesia harus bertahan dalam kondisi krisis selama pandemi Covid-19. Semua sektor, terlebih industri pariwisata dan perhotelan mengalami penurunan pendapatan karena kewajiban karantina. Memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, sektor pariwisata dan hotel mulai menerima angin segar.
Menurut laporan Mckinsey pada September 2020, konsumen mulai tertarik untuk beriwisata kembali setelah berbagai larangan travelling perlahan diangkat, bahkan sebelum vaksin tersedia. Sementara, riset Blackbos dan Dynata menunjukkan 44 persen responden lebih memilih berlibur di wilayah domestik dengan mengedepankan faktor kesehatan dan keamanan.
Begitu pula halnya dengan dunia pariwisata Indonesia yang mulai ingin berelaksasi dari pandemi, misalnya dengan keinginan untuk staycation di hotel. Minat tersebut ditangkap oleh pengelola sektor untuk kembali aktif mempersiapkan kembali kegiatan bisnis mereka.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai salah satu platform pemesanan dan manajemen hotel terbesar di Asia Tenggara, RedDoorz mengumumkan rencana perubahan strategi bisnis mereka, guna membangun perusahaan new-age hospitality. Visi mereka adalah untuk menjadi ekosistem produk akomodasi yang mendukung kebutuhan berbagai kalangan dengan menawarkan ragam brand dan layanan yang berbeda pula.
Adil Mubarak, Vice President Operations RedDoorz, mengatakan bahwa mereka akan segera mengeluarkan merek hotel terbaru, bernama Sans Hotel, dengan konsep dan target pasar yang berbeda dari sebelumnya.
"Sans itu diambil dari kata santai. Ketika tentunya ingin relaks dan chill saat menginap di hotel. Jadi, kita harap tamu-tamu yang menginap di Sans Hotel juga mendapatkan rasa aman dan chill, di mana properti dan fasilitas yang disediakan nantinya juga akan lebih baik lagi," imbuhnya dalam diskusi media virtual, Kamis (22/10/2020).
Sans Hotel akan segera dibuka pada pertengahan November 2020 mendatang di kawasan Jakarta. Adil menyebutproperti Sans Hotel kini tengah dipersiapkan agar semakin sesuai dengan target pasar yang diincar, yakni generasi Z dan milenial di usia 21-36 tahun. Pasalnya, populasi penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 179,1 juta orang, dan 63,5 juta di antarannya adalah generasi muda.
"Milenial itu target pasar yang sangat besar buat kami. Di RedDoorz pun tamu-tamunya banyak milenial, jadi akan lebih baik kalau kami menargetkan mereka ke properti yang lebih bagus, dan meski dengan harga yang sedikit lebih mahal, mereka akan mendapat sesuatu yang disenangi," ujarnya lagi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pandemi Ajang Berbenah
RedDoorz barharap Sans Hotel dapat memberikan kenyamanan yang lebih pada pengunjung. Upaya itu ditunjukkan dengan memberikan nuansa hotel yang lebih berwarna, menambah fasilitas kopi gratis di pagi hari, serta zona game di bagian lobi. Harga satu kamar pun dibuka dengan nominal Rp250 ribu.
"Di masa pandemi ini kita harus terus berinovasi. Kami merasa, dengan membuat hal baru pada Sans Hotel, pelanggan dapat mengakses pilihan menginap yang lebih banyak. Operasional konsepnya juga akan berbeda, dan kami menghadirkan brand yang lebih bagus sesuai dengan target pasar milenial itu tadi," tambahnya.
Sejak hadir di Indonesia pada 2015 dan merambah ke negara lain, seperti Singapura, Vietnam, dan Filipina, Adil mengatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk selalu menawarkan nilai lebih kepada pelanggan serta mitra properti. "Selama pandemi kami beroperasi dengan sangat baik, salah satunya karena penerapan hygiene pass. Bahkan, okupansi meningkat meningkat rata-rata 7-10 persen," katanya.
Menurutnya, situasi pandemi justru memberi kesempatan bagi industri perhotelan untuk terus berbenah agar menjadi yang terbaik bagi masyarakat. Maka, penting untuk melakukan riset untuk memperbaiki kinerja hotel yang sebelumnya, misalnya dengan membangun strategi untuk memperkuat kepercayaan pelanggan, memanfaatkan fitur teknologi terkait, serta memberi berbagai pelatihan pada karyawan hotel. Terlebih tentang bagaimana hotel dapat menjaga dan menjamin kebersihan sesuai dengan protokol kesehatan.
(Brigitta Valencia Bellion)
Advertisement