Liputan6.com, Bangkok - Loyalis Raja Thailand bentrok dengan demonstran anti-pemerintah di Bangkok. Kejadian ini terjadi pada Rabu 21 Oktober saat pengunjuk rasa menuntut reformasi monarki dan pelengseran Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha.
Dilaporkan Channel News Asia, Kamis (22/10/2020), loyalis kerajaan Thailand berkumpul di Ramkhamhaeng University untuk menunjukan dukungan bagi Raja Maha Vajiralongkorn. Situasi memanas karena mahasiswa yang demo berada tak jauh dari lokasi.
Baca Juga
Advertisement
Loyalis kerajaan Thailand turun ke jalan dengan memakai baju kuning. Kubu loyalis dan mahasiswa saling menghina dan melempar.
Polisi lantas memisahkan kedua kelompok tersebut. Kubu mahasiswa mundur dan kubu loyalis raja mengaku menang.
"Kami menang hari ini," ujar para loyalis Raja Thailand.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Polisi Janji Bersikap Adil
Demonstrasi di Thailand sudah berlangsung selama tiga bulan. Sejauh ini demonstrasi tidak menjurus ke tindakan anarkis.
Tindakan keras sempat terjadi pekan lalu ketika polisi menembakan water cannon ke pendemo.
Polisi berjanji akan adil terhadap setiap kelompok. Mereka juga selalu mengantisipasi hal-hal di luar dugaan.
"Kami siap terhadap kejutan besar tiap hari," ujar juru bicara kepolisian Yingyos Thepjumnong.
"Kita harus menyeimbangkan antara penegakan hukum dengan keadilan dan keselamatan sosial, tak peduli siapa yang berkumpul."
Advertisement
Pemerintah Thailand Cabut Larangan Protes
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha telah menyerah atas tindakan darurat yang dia terapkan pekan lalu untuk menghentikan protes selama tiga bulan, tetapi justru kemudian memicu demonstrasi yang lebih besar lagi terhadap pemerintah dan monarki.
Ketika mantan penguasa militer itu berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi, puluhan ribu orang berbaris ke kantornya dan banyak yang mengatakan tawarannya untuk mencabut pembatasan tidaklah cukup.
Langkah-langkah darurat yang diterapkan pada Kamis lalu memicu demonstrasi puluhan ribu orang. Aksi tersebut menjadi unjuk rasa terbesar selama tiga bulan untuk menuntut pencopotan Prayut dan reformasi untuk mengekang kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
"Saya akan mengambil langkah pertama untuk meredakan situasi ini. Saya saat ini bersiap untuk mencabut keadaan darurat parah di Bangkok dan akan segera melakukannya jika tidak ada insiden kekerasan," katanya dalam pidatonya kepada negara itu.
Tindakan itu mulanya melarang pertemuan politik lima orang atau lebih, sekaligus publikasi informasi yang dianggap mengancam keamanan.
"Sekarang kita harus mundur dari tepi lereng licin yang mudah bergeser menjadi kekacauan," Prayut menambahkan.