Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan komitmen pro lingkungan, PT Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap menerapkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk keperluan masyarakat luas.
Bekerjasama dengan Politeknik Negeri Cilacap, energi hasil PLTS ini didistribusikan untuk kepentingan umum warga Kelurahan Tegalreja dan Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Advertisement
Bisa tersalurkannya listrik ke masyarakat luas ini, tak lepas dari berlebihnya pasokan listrik di lingkungan Apartemen Patra Lomanis Residence yang dibangun dengan sistem off grid. Dimana sumber listrik PLTS hanya digunakan pada siang hari saja.
"Untuk itu, Pertamina berinisiatif menyalurkan kelebihan listrik ini ke masyarakat terdekat agar bisa juga termanfaatkan," Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan dalam keterangan resmi, Jumat (23/10/2020).
Metodenya, jelas Hatim dengan memasang jaringan set panel surya dari apartemen ke kantor kelurahan dan PAUD, lalu dipasang charge controller dan baterai. Set panel surya ini akan mengubah sinar matahari menjadi listrik, atau sebagai pengalihan antara sumber daya. Sedangkan charge controller untuk pengisian daya. Pengontrol ini sebagai pemutus sumber energi yang akan digunakan oleh sistem.
“Baterainya untuk menyimpan kelebihan listrik agar bisa digunakan pada malam hari saat panel surya tidak beroperasi,” ungkapnya.
Diharapkan melalui langkah ini, misi Pertamina RU IV Cilacap sebagai pelopor EBT dapat sekaligus mengenalkan alternatif energi lain pada masyarakat, sehingga pelan-pelan mereka dapat beralih dan turut berperan mengurangi ketergantungan energi panas bumi.
“Upaya ini sekaligus bentuk tanggung jawab sosial lingkungan yang dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi warga yaitu berkurangnya tagihan listriknya,” tutup Hatim.
Sebagai informasi, PT Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap telah berhasil menorehkan prestasi sebagai pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar pada lingkup Rumah Dinas Perusahaan (RDP).
Ini dicatat Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kilang dengan rumah dinas terbanyak menggunakan PLTS di Indonesia.
“Dengan kapasitas 1 Megawatt yang digunakan, tentu ini berdampak pada penurunan emisi gas CO2,” ujar Hatim.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Hanya untuk Baterai Kendaraan Listrik, Nikel Bisa Dikombinasikan dengan PLTS
CEO MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan konsumsi nikel saat ini terus meningkat. Kebutuhan nikel untuk kendaraan listrik hingga akhir tahun 2030 mencapai 600 ribu ton.
Orias mengatakan, sebagai negara dengan cadangan nikel yang banyak, peluang ini harus dimanfaatkan. Indonesia tidak boleh lagi menjual nikel dalam bentuk mentah, sebaliknya harus diolah terlebih dulu untuk menghasilkan nilai tambah.
"Ada peluang yang bisa kita manfaatkan mumpung nikel ini paling baik untuk baterai," kata Orias di Jakarta, Kamis, (15/10/2020).
Orias menjelaskan, nikel dipercaya bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan baterai pada kendaraan listrik. Selain itu, nikel juga bisa menyimpan cadangan energi yang paling baik dan bisa dikombinasikan dengan listrik tenaga matahari.
"Nah, baterai ini bisa jadi storage dari pembangkit listrik tenaga matahari dan ini yang sedang disiapkan rencana besarnya," kata Orias.
Sehingga nikel tak hanya bisa digunakan untuk baterai kendaraan, tetapi juga berfungsi bagi kebutuhan di perumahan. "Jadi bukan baterai untuk kendaraan semata, tapi untuk kebutuhan di perumahan," kata dia.
Maka dari itu, saat ini Pertamina dan PLN tengah mempersiapkan pengelolaan nikel. Sementara itu pihaknya mengurus PT Aneka Tambang (Antam) untuk mulai ikut mengelola dari hulu sebagai fokus utama. Bila ada kesempatan, dia ingin Antam juga mengelolanya sampai di hilir.
"Khusus MIND ID, kita tugaskan Antam mulai dari hulu. Kalau bisa masuk hilir, bisa juga masuk. Tapi fokus utamanya hulu," pungkasnya.
Advertisement