Dow Jones Ditutup Melemah, Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Perkasa

Dow Jones turun 28,09 poin atau 0,1 persen menjadi 28.335,57. Saham Intel menjadi pendorong utama pelemahan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Okt 2020, 07:03 WIB
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah tipis pada perdagangan hari Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta), dan mengakhiri minggu dengan suram karena investor mempertimbangkan potensi stimulus fiskal tambahan.

Dow Jones turun 28,09 poin atau 0,1 persen menjadi 28.335,57. Pendorong utama pelemahan indeks saham acuan Wall Street ini adalah saham Intel.

Sedangkan S&P 500 naik 0,3 persen dan ditutup pada 3.465,39. Untuk Nasdaq Composite ditutup 0,4 persen lebih tinggi pada 11.548,28.

“Saya pikir semua orang memilih untuk wait and see,” kata analis Seven Points Capital, Mike Katz.

“Ada banyak sentimen yang berubah-ubah mengenai stimulus fiskal dan setiap ada hal yang baru membuat pasar bergerak. Sayangnya tidak ada tindak lanjut karena memang tak ada gambaran yang jelas.” tambah dia. Dalam perdagangan pekan ini, Dow Jones dan S&P 500 menghentikan kenaikan beruntun tiga minggu dan Nasdaq membukukan kerugian mingguan pertamanya dalam lima minggu.

S&P 500 kehilangan 0,5 persen selama minggu ini. Dow dan Nasdaq masing-masing turun 0,95 persen dan 1,1 persen.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pada Jumat bahwa Ketua DPR Nancy Pelosi masih akan menggali sejumlah masalah mengenai stimulus fiskal.

“Jika dia ingin berkompromi, akan ada kesepakatan. Namun kami telah membuat banyak kemajuan di banyak bidang, tetapi masih ada beberapa bidang signifikan yang sedang kami tangani.” jelas Steven Mnuchin.

Presiden AS Donald Trump juga mengatakan pada hari Jumat bahwa dia tidak ingin kesepakatan stimulus hanya menyelamatkan Partai Demokrat. Indeks acuan termasuk Dow Jones langsung tertekan sesaat setelah pernyataan dari presiden Trump tersebut.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Perdagangan Sebelumnya

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

 Saham berjangka AS naik pada Kamis malam karena Wall Street mempertimbangkan potensi stimulus fiskal tambahan. Berita tentang pendapatan dan perawatan virus corona sambil menunggu debat terakhir presiden AS.

Dikutip dari CNBC, Jumat (23/10/2020), Dow Jones berjangka naik 44 poin, atau 0,2 persen. S&P 500 berjangka naik 0,1 persen dan Nasdaq 100 berjangka diperdagangkan lebih tinggi 0,2 persen.

 

Saham Intel turun lebih dari 9 persen dalam perdagangan setelah jam kerja menyusul rilis angka kuartalan yang beragam untuk pembuat chip. Penghasilan perusahaan sejalan dengan ekspektasi analis, tetapi pendapatan dari bisnis pusat datanya jauh dari perkiraan analis.

Sementara itu, Gilead Sciences naik 4 persen setelah Food and Drug Administration menyetujui obat perusahaan, remdesivir, untuk digunakan sebagai pengobatan melawan virus corona.

Dow dan S&P 500 masing-masing naik 0,5 persen selama perdagangan reguler. Sementara Nasdaq Composite naik 0,2 persen setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengisyaratkan dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin membuat kemajuan dalam negosiasi stimulus fiskal mereka.

“Jika kita tidak membuat kemajuan, saya tidak akan menghabiskan lima detik dalam percakapan ini. Ini tidak lain adalah menurutku upaya serius. Saya yakin kedua belah pihak ingin mencapai kesepakatan,” kata Pelosi.

Namun, Pelosi juga melunakkan ekspektasi atas Demokrat dan Republik mencapai kesepakatan sebelum pemilu, dengan mengatakan perlu waktu untuk sebuah RUU untuk ditulis dan ditandatangani.

Pedagang telah mengawasi Washington dalam beberapa pekan terakhir karena mereka mengukur prospek bantuan virus corona baru. Beberapa pakar pasar dan ekonom, termasuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menganggap penting anggota parlemen mencapai kesepakatan tentang paket stimulus lain.

“Kekuasaan pemerintah masih mencoba untuk mengumpulkan paket bantuan ekonomi lainnya,” kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di The Leuthold Group. “Namun, meskipun tunjangan pengangguran yang diberikan oleh CARES Act berakhir pada bulan Juli, di sini, dua setengah bulan kemudian, momentum ekonomi AS sangat sehat,” tambahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya