Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun hampir 2 persen pada penutupan perdagangan Jumat(Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong utama penurunan harga minyak ini adalah kekahwatiran permintaan akan melemah karena lonjakan kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Italia dan beberapa negara bagian AS melaporkan rekor peningkatan infeksi virus Corona Covid-19 setiap hari. Sementara Prancis memperpanjang jam malam untuk sekitar dua pertiga dari populasinya ketika gelombang kedua pandemi Covid-19 melanda seluruh Eropa.
Advertisement
Mengutip CNBC, Sabtu (24/10/2020), harga minyak mentah Brent turun 69 sen atau 1,63 persen dan menetap di USD 41,77 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS merosot 79 sen atau 1,94 persen menjadi USD 39,85 per barel.
"Dunia penuh ketidakpastian saat ini. Ada optimisme karena vaksin sehingga semua kembali normal. Tetapi ada juga kekhawatiran banyaknya penutupan atau lockdown sehingga menurunkan permintaan minyak," kata analis senior Price Futures Group, Chicago, Phil Flynn.
Selain itu, sentimen lain penekan harga minyak adalah produksi Libya yang mulai berjalan. Sumur minyak yang sebagian besar tak beroperasi pada Januari, kini telah mencapai 500 ribu barel per hari (bph) dan akan terus meningkat pada akhir Oktober.
Namun penurunan harga minyak tertahan dengan komentar dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis bahwa Moskow masih tetap mempertimbangkan perpanjangan pemotongan produksi minyak bersmaa OPEC untuk mendukung harga minyak.
"ini satu-satunya berita bullish yang mendorong harga minyak datang dari Rusia," kata Bjornar Tonhaugen, analis Rystad Energy.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik pada hari Kamis tetapi berjuang untuk sepenuhnya pulih dari kerugian sesi sebelumnya. Hal ini terjadi ketika penumpukan persediaan bensin AS mengisyaratkan prospek yang memburuk untuk permintaan bahan bakar karena kasus virus corona melonjak.
Dikutip dari CNBC, Jumat (23/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 91 sen, atau 2,18 persen, menjadi USD 42,64 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup 63 sen, atau 1,4 persen, lebih tinggi pada USD 40,64 per barel. Kedua kontrak merosot lebih dari 3 persen pada hari Rabu dalam penurunan harian tertajam mereka dalam tiga minggu.
Stok bensin AS naik 1,9 juta barel dalam sepekan hingga 16 Oktober, Administrasi Informasi Energi (EIA) mengatakan pada Rabu, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,8 juta barel.
Produk keseluruhan yang dipasok, mewakili permintaan, rata-rata 18,3 juta barel per hari dalam empat minggu hingga 16 Oktober, kata EIA - turun 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Infeksi COVID-19 harian baru mencapai rekor di beberapa negara bagian AS dan di Eropa, penguncian baru dan larangan China pada perjalanan keluar untuk membantu membendung penyebaran penyakit, semua pertanda buruk untuk permintaan bahan bakar.
Memperburuk prospek, harapan bahwa anggota parlemen AS akan mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih tentang paket stimulus ekonomi yang meredup pada Rabu malam setelah Presiden Donald Trump menuduh Demokrat menahan kesepakatan kompromi.
″(Kesepakatan) mungkin memperbaiki nada permintaan selama satu atau dua minggu,” kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.
Advertisement