Taiwan Tak Impor Vaksin Flu yang Sama yang Sebabkan 25 Orang Tewas di Korsel

Menteri Kesehatan Taiwan menyatakan bahwa negaranya tidak mengimpor vaksin dengan jenis yang sama seperti Korsel, yang mengakibatkan meninggalnya 25 orang.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Okt 2020, 12:19 WIB
Logo Sanofi. (KRISTOFFER TRIPPLAAR/SIPA VIA AP IMAGES)

Liputan6.com, Taipei - Media Korea Selatan melaporkan bahwa vaksin flu telah mengakibatkan kematian sedikitnya 25 orang di negara tersebut. 

Mengutip Radio Taiwan Internasional, Sabtu (24/10/2020), inti dari insiden tersebut adalah perusahaan farmasi Prancis Sanofi. 

Fakta bahwa Taiwan juga mengimpor vaksin flu dari perusahaan yang sama, telah menimbulkan spekulasi tentang apakah orang yang diinokulasi di Taiwan juga berisiko.

Menteri Kesehatan Chen Shih-chung mengatakan bahwa kementeriannya telah menjangkau Sanofi. Sejauh ini, tidak ada kematian terkait vaksin flu perusahaan di negara lain. 

Chen mengatakan bahwa vaksin Sanofi yang diterima Taiwan berbeda dengan vaksin yang dikirim ke Korea Selatan. Dia juga mengatakan bahwa sejauh ini, tidak ada laporan kematian terkait vaksin di Taiwan dan kementeriannya terus memantau situasi tersebut.

Pihak berwenang masih mencari tahu apakah vaksin yang diterima Taiwan diproduksi di lokasi yang sama dengan vaksin yang dikirim ke Korea Selatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


25 Orang Meninggal di Korsel

Ilustrasi Korea Selatan (iStock)

Sementara itu di Korea Selatan, setidaknya 25 orang warga sipil dilaporkan meninggal dunia usai menerima vaksin flu yang diberikan secara gratis melalui program pemerintah. 

Namun, menurut temuan badan forensik negara, pihaknya tidak menemukan keterkaitan langsung antara kematian korban dengan vaksin flu yang telah diterima. 

Badan Forensik Nasional telah melakukan otopsi pada beberapa orang yang meninggal sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah, dan menetapkan bahwa kematian bocah 17 tahun itu tidak ada hubungannya dengan vaksin tersebut, kata Yonhap, mengutip laporan polisi.

Kendati kematian 25 orang telah dilaporkan, otoritas kesehatan menolak untuk menangguhkan kampanye program tersebut dengan alasan kurangnya bukti yang menunjukkan hubungan langsung antara kematian dan vaksin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya