Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara telah memperingatkan warganya untuk tetap tinggal di dalam rumah karena kekhawatiran bahwa "debu kuning" musiman yang berembus dari China dapat membawa virus corona.
Jalan-jalan ibu kota Pyongyang dilaporkan hampir kosong pada hari Kamis 22 Oktober 2020 setelah peringatan itu.
Negara itu mengklaim bebas dari virus corona, tetapi telah meningkatkan kewaspadaan sejak Januari 2020 dengan penutupan perbatasan yang ketat dan pembatasan pergerakan.
Tidak ada hubungan yang diketahui antara awan debu musiman dan virus corona.
Baca Juga
Advertisement
Namun, mereka bukan satu-satunya negara yang mewaspadai hal demikian. BBC mencatat Turkmenistan juga menuduh debu yang sarat virus menjadi alasan warga disuruh memakai masker. Mereka membantah berusaha menutupi wabah.
Televisi Pusat Korea (KCTV) yang dikendalikan negara menyiarkan segmen cuaca khusus pada hari Rabu 21 Oktober 2020, memperingatkan masuknya awan debu kuning dari China pada keesokan harinya. Mereka juga mengumumkan larangan nasional pada pekerjaan konstruksi luar ruangan, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (24/10/2020).
Debu kuning mengacu pada pasir dari gurun Mongolia dan China yang bertiup ke Korea Utara dan Selatan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun. Itu bercampur dengan debu beracun yang selama bertahun-tahun telah menimbulkan masalah kesehatan di kedua negara.
Pada Kamis 22 Oktober, surat kabar Rodong Sinmun, corong pemerintah Korea Utara, mengatakan "semua pekerja ... harus dengan jelas mengenali bahaya serangan virus berbahaya" sebagai tanggapan terhadap awan debu, BBC mencatat.
Kedutaan juga melaporkan menerima peringatan tentang masalah debu Pyongyang.
Kedutaan Besar Rusia di Pyongyang mengatakan di halaman Facebook-nya, kementerian luar negeri Korea Utara telah memperingatkannya dan misi diplomatik lainnya serta organisasi internasional di negara itu tentang badai debu, merekomendasikan semua orang asing tinggal di rumah dan menutup jendela mereka dengan rapat pada Kamis 22 Oktober 2020.
Simak video pilihan berikut:
Bisakah awan debu membawa COVID-19?
Media pemerintah Korea Utara beralasan bahwa penelitian yang mengaitkan virus corona dengan transmisi udara berarti "harus menangani aliran debu kuning yang masuk dengan serius", lapor situs berita spesialis NK News.
Pusat Pengendalian Penyakit AS atau CDC mengatakan, virus corona dapat tetap melayang di udara "selama berjam-jam". Namun, ia juga mengatakan sangat jarang seseorang terinfeksi dengan cara ini --terutama di luar ruangan. Cara utama orang terinfeksi adalah dari berdiri di dekat seseorang yang terinfeksi yang kemudian batuk, bersin atau berbicara, menyebarkan virus melalui droplet tetesan.
Media di negara tetangga Korea Selatan juga menolak anggapan bahwa debu kuning dari China dapat menyebarkan COVID-19 ke Utara sebagai hal yang tidak mungkin, menurut NK News.
Meskipun mengklaim negara itu tidak memiliki kasus virus corona, ada ketakutan mendalam tentang COVID-19 di Korea Utara dan pemimpin Kim Jong-un telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk memastikan pembatasan ketat tetap diberlakukan.
Para analis mengatakan sangat kecil kemungkinannya Korea Utara tidak mengalami kasus virus korona sama sekali.
Debu telah dibersihkan dari semenanjung Korea pada hari Jumat dan diperkirakan akan tetap seperti itu pada akhir pekan.
Advertisement