Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) genap berumur 70 tahun pada 24 Oktober 2020. Pada 24 Oktober tersebut juga lahir hari dokter nasional.
Peringatan hari dokter nasional dan bertepatan dengan IDI pada 2020 ini berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 yang masih terjadi.
Ketua IDI Surabaya, Dr Brahama Askanda Spog menuturkan, pandemi COVID-19 sebagai kesempatan pelayanan di Indonesia. Selama COVID-19, sebagian besar masyarakat berobat di Indonesia seiring pembatasan aktivitas. Brahmana menuturkan, pelayanan di Indonesia cukup baik.
Ia juga mengapresiasi kepercayaan masyarakat kepada IDI selama ini. "Bila ada masalah kesehatan selama ini masyarakat selalu mempercayakan pengobatannya ke anggota IDI di seluruh Indonesia. Kepercayaan ini harus kami jaga. Dokter dituntut selalu profesional setiap saat," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (24/10/2020).
Baca Juga
Advertisement
Di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi, Dr Brahmana meminta kerja sama elemen masyarakat dan tenaga medis untuk tidak lengah di tengah perbaikan indikator COVID-19.
Hal ini mengingat kasus COVID-19 belum selesai. Warga diminta tetap mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
"Kita tidak boleh lengah, belum tuntas. Perbaikan indikator dengan angka kesembuhan banyak tetapi tetap ketat jalani protokol kesehatan, karena kita belum hidup normal," ujar dia.
Oleh karena itu, Brahmana mengajak masyarakat dan tenaga kesehatan untuk bersama-sama menuntaskan COVID-19."Mari bersama-sama kita tuntaskan COVID-19," tutur dia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Catatan IDI Surabaya
Terkait peringatan hari dokter nasional pada 2020, Brahmana menuturkan, kemampuan dokter Indonesia saat ini tidak kalah dengan dokter di luar negeri. “Kita tidak kalah dengan kemampuan dokter di luar negeri,” ujar dia.
Meski demikian memang harus ada yang dibenahi terutama soal kerja sama tim dan fasilitas kesehatan yang perlu peningkatan. Ia mencontohkan, pada fasilitas radiasi untuk penyakit kanker. Saat ini, alat radiasi di Indonesia terbatas bahkan di kota besar.
"Alat terbatas di kota besar saja antrean bisa enam bulan. Di Surabaya bisa tiga hingga enam bulan. Ini salah satu PR di sektor kesehatan yang harus dibenahi terutama di penyakit kanker,” kata dia.
Advertisement