Cerita Akhir Pekan: Tegangnya Bisnis Spa di Masa Kebiasaan Baru

Beberapa tempat spa masih tutup, tapi ada juga yang sudah buka saat pandemi belum berlalu. Bagaimana cara mereka meyakinkan pelanggan untuk datang?

oleh Henry diperbarui 08 Apr 2021, 11:58 WIB
Anda dapat menikmati treatment dari Martha Tilaar Spa Express yang hadir di pusat kota Jakarta untuk menghilangkan stres masyarakat urban.

Liputan6.com, Jakarta -  Pandemi corona Covid-19 memang berdampak yang luar biasa di berbagai bidang usaha, tak terkecuali bagi industri kecantikan seperti klinik kecantikan dan tempat spa. Sejumlah klinik kecantikan dan tempat Spa bahkan harus tutup sementara hingga ada yang merumahkan karyawannya.

Meski begitu banyak juga yang mampu bertahan dengan ide dan kreatifitas mereka. Di Jakarta misalnya, saat penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), salon dan spa harus tutup dan baru dibolehkan dibuka kembali saat PSBB Transisi dan masa kebiasaan baru

Beberapa tempat spa masih tutup, tapi ada juga yang sudah buka kembali. Beberapa tempat spa seperti milik grup Kedaton at the Plaza dan Poetre Spa milik Wulan Guritno masih tutup dan belum membuat layanan home spa.

Sedangkan yang sudah buka, salah satunya adalah spa milik Martha Tilaar Group. Spa milik grup mereka tutup sejak April lalu saat penerapan PSBB di Jakarta. Menurut Wulan Tilaar, Vice Chairman PT Marina Berto Tbk, sama seperti di industri lain yang belum pernah mengalami pandemi ini, mereka cukup terdampak.

"Salesnya turun 80 persen, benar-benar tidak tahu harus bagaimana, benar-benar di rumah saja. belum ada kepikiran mau berbuat apa," terang Wulan Tilaar, Vice Chairman PT Marina Berto Tbk, pada Liputan6.com, Jumat, 23 Oktober 2020.

Masih beruntung, mereka punya beberapa unit usaha lain di bidang kecantikan sehingga bisa mengalihkan beberapa karyawan spa yang tidak bekerja ke bidang usaha mereka lainnya.

"Waktu para terapis di rumah, alhamdulilah kita di unit bisnis lain mendapatkan orderan hand sanitizer yang cukup besar. Jadi di dalam Martha Tilaar group, ada yang kerja di unit produksi, ada yang di rumah. bergantian ke line produksi," sambungnya.

Para karyawan ada yang mengerjakan packing, menempelken stiker, jualan minuman herbal online dan berbagai pekerjaan lainnya yang dilakukan secara terjadwal.

Saksikan video pilihan berikut ini:


8 Area Penting

Pembukaan Spa Martha Tilaar Pantai Indah Kapuk Wulan Tilaar oleh Vice Chair Woman Martha Tilaar Group yang juga menjabat sebagai Direktur Martha Tilaar Spa, bersama dengan Partner Franchise Yenny Sudjono (Liputan6.com/Pool/Pantai Indah Kapuk)

"Kita lihat, herbal bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh. Lumayan bisa membantu dibanding kosong sama sekali. Kalau semua terapis di rumah, ya mereka jualan online. yang penting kita harus ada income," jelas Wulan.

Sambil menunggu perkembangan pandemi, mereka mulai menyusun protokol kesehatan untuk diterapkan saat spa bisa dibuka lagi. Hasilnya, ada delapan area penting yang krusial yang harus diperhatikan kebersihan dan keamanannya agar bisa memberikan pelayanan aman dan nyaman kepada pelanggan.

Protokol kesehatan yang harus disiapkan antara lain, ada wastafel di luar ruangan, ada hand sanitizer dan pengukuran suhu tubuh. Di bagian depan atau resepsionis, mereka menempelkan stiker untuk menunjukkan suhu badan para staf atau karyawan kalau mereka dalam kondisi sehat.

Lalu di kasir harus ada fasilitas pembayaran non tunai.Ada juga semacam fornulir yang isinya kesepakatan antara tamu dan pihak spa yang menyatakan kedua pihak dalam keadaan sehat. Kemudian ada ruang ganti dan semua kimono dan handuk dibungkus dulu.

"Kita laundry pakai chemical yang bunuh virus. kita laundry sendiri. Di treatment area, major disinfektannya seminggu sekali, tetapi setiap buka dan tutup kita pasti semprot semua area baik sebelum maupun sesudah tamu datang. Sekarang ini memang belum terima body treatment, tapi kalau sudah diperbolehkan nanti, semua tamu diminta mandi lebih dulu," tutur Wulan lagi.

Protokol kesehatan juga diterapkan di area jamu bar tempat para tamu menunggu sebelum atau sesudah treatment rileksasi dan mereka harus jaga jarak. Di terapis area, saat ini belum semua karyawan masuk dan dibagi dalam beberapa shift. Satu shift maksimal terdiri dari 4--5 orang, sedangkan sebelum pandemi biasanya mencapai 10--12 orang. Untuk ruangan dapur, mereka memakai gelas sekali pakai untuk minum.

"Untuk OB, office girl, terapis semua pakai appron, masker dan face shield. touch point di restroom dan gagang pintu, empat jam sekali dibersihkan. Kita sedang coba produk dari Korea yang bahannya tembaga, karena sifatnya copper bisa bersihkan dirinya sendiri dari virus atau bakteri," terang Wulan.


Spa di Rumah

Ilustrasi Spa. (Foto: unsplash.com)

Mereka juga melakukan rapid test untuk para terapis dua kali sebulan yang hasilnya bisa dicek oleh tamu. Saat ini tempat spa maupun salon di Martha Tilaar Group hanya melayani tamu yang sudah membuat janji lebih dulu dan tentunya mereka harus dalam kondisi sehat.

Untuk jam buka biasanya sebelum pandemi dari pukul 9 pagi sampai 8 malam, tapi selama pandemi dari pukul 10 sampai pukul 4 sore dan hanya melayani beberapa jenis perawatan saja. Tak hanya di tempat mereka, spa Martha Tilaar Group juga punya layanan home care atau pelayanan spa di rumah.

"Kita berinisiatif membuat homecare. kita nggak mungkin nggak ada penghasilan sama sekali, akhirnya kita buat home care service, saya pikir semua spa melakukan yang sama," ucap Wulan.

Prosedur dan protokolnya hampir sama. tapi bedanya karena di rumah pelanggan, terapis akan mengganti bajunya, membawa semua peralatan dari kantor, termasuk membawa semprotan untuk disinfektan. Mereka hanya melayani sesuai pemesanan, kalau pesannya untuk dua orang, mereka hanya melayani dua orang dan tidak bisa mendadak menambah orang.

Menurut Wulan, layanan home spa ini cukup membantu karena pelanggan loyal mereka masih banyak belum berani datang langsung. Setidaknya ada tiga sampai lima tamu dalam seminggu. Kreasi mereka lainnya adalah mengadakan pelatihan online dengan berbayar tapi harganya terjangkau.

"Banyak usaha yang kita lakukan supaya tetap ada pemasukan dan terapis kita yang jumlahnya 300 orang bisa tetap bekerja," ujar Wulan. Untuk salon dan spa, saat ini cabang mereka di beberapa daerah sudah dibuka di antaranya di Aceh, Batam, Pontianak, Jogja, Bandung, Kupang, Manado dan Jakarta.

"Dari lima outlet yang milik kami sendiri di Jakarta, awalnya dibuka cuma satu. terus kami buka di Cikini dan Kelapa Gading. sekarang mulai dibuka yang di Wahid Hasyim," kata Wulan Tilaar.

Berbeda dengan Martha Tilaar Group, Spalosophy justru mengandalkan home spa. Mobile spa service di Jakarta ini memberikan jasa spa ke rumah atau kantor Anda. Mereka Menyediakan massage table sampai aromateraphy vapor machine dengan tenaga ahli yang berpengalaman. Spalosophy sepertinya memahami kesibukan para warga Jakarta terutama bagi Anda yang membutuhkan relaksasi tanpa harus bermobilisasi. Meski begitu, di masa pandemi ini usaha mereka juga ikut terdampak.


Belum Berani ke Spa

Protokol Kesehatan di Spalosophy. (dok.Instagram @thespalosophy/https://www.instagram.com/p/CGjG1xlncpd/Henry)

"Tentu saja operasional kami menjadi turun, dan saat ini kami hanya melakukan pengiriman pelayanan dari pusat saja yaitu dari Gandaria, Jakarta Selatan," terang Ade Anggraeni, Marketing & Sales Manager Spalosophy dalam pesan tertulisnya, Jumat, 23 Oktober 2020.

"Untuk sementara kami hentikan pelayanan dari cabang lain, sampai waktu yang belum ditentukan," lanjutnya. Mereka berusaha mengatasi hal tersebut dengan mengadakan berbagai program donasi.

Pelanggan yang membeli satu paket Manicure Kit berarti memberikan sembako selama satu bulan untuk satu orang staf mereka yang tidak dapat bekerja. Mereka juga mengeluarkan lini produk agar tetap dapat memberikan pekerjaan kepada para staf. Untuk meyakinkan pelanggan agar tetap menggunakan jasa Spalosophy, mereka berusaha selalu menginformasikan protokol kesehatan yang mereka jalankan, dalam kondisi new normal seperti sekarang ini.

Untuk prosedur lainnya masih seperti biasanya karena mereka berusaha menjaga kebersihan dengan ketat saat melayani pelanggan, seperti membawa meja pijat sendiri serta handuk dan peralatan lainnya yang sudah disterilkan

"90 persen staf kami tinggal di housing yang kami sediakan, supaya kami dapat mengontrol aktivitas mereka, seperti kami tidak mengizinkan mereka keluar selain bekerja. Dan untuk para staffyang tidak tinggal di housing, kami telah menginformasikan agar mereka tetap dirumah saja selain pergi untuk bekerja," tutup Ade Anggraeni.

Meyakinkan pelanggan untuk kembali ke spa atau memesan jasa spa ke rumah memang bukan hal mudah. Mereka yang biasa pergi ke spa, ada yang masih ragu untuk kembali datang dan ada juga yang sudah tidak ragu karena meyakini protokol kesehatan yang benar pasti akan dijalankan oleh tempat spa langganan mereka.

Menurut Yuni, seorang karyawan swasta yang tinggal di kawasan Jakarta Selatan, ia biasanya pergi ke spa setidaknya sebulan atau dua bulan sekali. Namun sejak terjadi pandemi pada Maret lalu, ia mengaku belum berani pergi ke spa.

"Ya memang spa langganan saya pasti menerapkan protokol kesehatan, jadi relatif lebih aman. Tapi saya pribadi tetap belum berani, ya rasanya tegang dan khawatir juga karena namanya manusia kan mungkin ada lupanya atau takutnya ada prosedur yang terlewat, jadi buat lebih aman saya tunggu situasinya sampai benar-benar aman. Kita ke spa kan biar tidak tegang dan rileks," ungkapnya saat dihubungi pada Sabtu, 24 Oktober 2020.


Yakin dengan Protokol Kesehatan

Ilustrasi spa | unsplash.com/@icons8

Yuni juga belum berencana untuk memanfaatkan layanan home spa karena ia sendiri masih selektif menerima tamu di rumahnya selain keluarga atau teman dekatnya.

"Belum berani juga buat layanan di rumah, soalnya saya juga masih jarang nerima tamu di kondisi sekarang ini. Apalagi saya lebih prefer ke tempat spa buat cari suasana baru, kalau di rumah rasanya kurang sreg aja," tambahnya.

Berbeda dengan Yuni, Amanda yang juga sering pergi ke spa saat sebelum pandemi mengaku sudah tak sabar ingin ke spa. Meski agak khawatir karena masih masa pandemi, Amanda merasa situasi sekarang sudah sedikit lebih aman, apalagi tempat spa langganannya menjalankan protokol kesehatan yang cukup ketat.

"Dulu cukup sering ke spa, tiap habis mengerjakan satu proyek kerjaan yang banyak menguras fisik dan pikiran, biasanya saya pergi ke spa. Tapi sejak pandemi ini memang belum berani dan pas ada PSBB juga kan. Tapi sekarang sudah PSBB transisi, beberapa tempat spa langganan saya juga udah buka," tutur ibu tiga anak ini pada Liputan6.com, Jumat, 23 Oktober 2020.

Meski begitu, kesibukannya mengurus anak yang semuanya masih sekolah online, mengurus suami, rumah dan pekerjaan, membuat Amanda masih sulit mendapatkan waktu yang pas untuk ke spa.

"Ya mungkin mau coba layanan spa di rumah, tapi maunya sih ke tempat spa langsung. Masih mencari waktu yang pas aja karena sudah terbiasa ke spa jadi udah nggak sabar juga mau ke spa lagi," pungkasnya.

Infografis 5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya