Sempat Dihentikan, Uji Klinis Kandidat Vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Johnson & Johnson di AS Dilanjutkan

Sebelumnya, uji klinis kandidat vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan Johnson & Johnson sempat dihentikan di Amerika Serikat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Okt 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Dua perusahaan pengembang vaksin COVID-19 yang uji klinisnya sempat dihentikan di Amerika Serikat (AS) memulai kembali penelitiannya. Keduanya adalah AstraZeneca dan Johnson & Johnson (J&J).

Uji vaksin COVID-19 AstraZeneca sempat dihentikan di awal September di AS. Sementara studi vaksin J&J disetop pada awal pekan lalu. Keduanya mengatakan, penundaan pengujian yang telah memasuki babak akhir tersebut dilakukan usai relawan yang mengembangkan masalah kesehatan serius sehingga membutuhkan peninjauan data keselamatan.

Dikutip dari AP News pada Minggu (25/10/2020), keduanya menyatakan bahwa mereka telah mendapatkan izin dari Food and Drug Administration (FDA) untuk memulai kembali tes di AS.

"Uji coba klinis yang dimulai kembali di seluruh dunia adalah kabar bagus karena memungkinkan kami untuk melajnutkan upaya kami mengembangkan vaksin ini untuk membantu pandemi mengerikan ini," kata Pascal Soriot, CEO AstraZeneca dalam pernyataan resminya.

Sementara J&J mengatakan, mereka bersiap untuk melanjutkan perekrutan sesegera mungkin untuk studi vaksin di AS. Dalam pernyataannya, perusahaan tidak mengungkapkan penyakit apa yang sempat dialami salah satu sukarelawan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Pengujian Sempat Dihentikan

Sumber: Freepik

"Perusahaan tidak menemukan bukti bahwa kandidat vaksin menyebabkan kejadian tersebut, dan kami setuju untuk memulai kembali studi," kata Paul Stoffels, Chief Scientific Officer J&J seperti dikutip dari Stat.

Pengujian vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Oxford University sendiri sebelumnya sudah dilanjutkan lagi di Inggris, Brasil, Afrika Selatan, dan Jepang. Di AS, studi ini melibatkan sekitar 30 ribu orang.

Tes dihentikan usai seorang sukarelawan di Inggris mengalami gejala neurologis parah yang konsisten dengan peradangan langka pada sumsum tulang belakang yang disebut myelitis transversal. Sebelumnya, AstraZeneca sempat menghentikan sementara uji klinis di musim panas tahun ini.

Sementara pada uji vaksin yang dilakukan oleh J&J, tahap tersebut dilakukan ketika seorang relawan berusia 20-an mengalami cerebral hemorrhage dan transverse sinus venous thrombosis. Stoffels mengatakan bahwa mereka terus mengirimkan laporan pemantauan.

"Kami bekerja sekeras yang kami bisa," ujarnya. "Kami tidak akan menempatkan lebih banyak orang pada risiko sampai kami tahu apa penyebab atau hubungannya."

Berbeda dengan vaksin lainnya, kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh J&J merupakan satu-satunya upaya untuk menguji vaksin dalam dosis tunggal. Perusahaan tersebut juga bertujuan untuk menguji apakah vaksin tersebut dapat mencegah COVID-19 parah atau sedang.


Infografis 5 Kandidat Vaksin Covid-19 untuk Indonesia

Infografis 5 Kandidat Vaksin Covid-19 untuk Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya