Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan, menjelang Pilpres AS, ada kelompok [hacker](4391116 "") menargetkan serangan ke sejumlah jaringan milik lembaga di beberapa negara bagian.
Sejauh ini disebutkan bahwa hacker telah mencuri data setidaknya dari dua server.
Informasi ini diumumkan oleh pemerintah AS hanya dua minggu menjelang Pilpres AS.
Baca Juga
Advertisement
Gara-gara hal ini, ada kekhawatiran peretas bisa menyusup ke jaringan milik negara bagian atau daerah dan memanipulasi hasil Pilpres, terutama di daerah dengan dana IT yang rendah untuk mendanai keamanan.
Penasihat dari FBI dan badan keamanan siber Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menjelaskan aktivitas serangan baru-baru ini oleh kelompok [hacker](3947915 "") disponsori oleh Rusia.
Pengumuman ini dianggap merupakan pengingat akan kemampuan Rusia dalam campur tangannya di AS, termasuk Pilpres. Sebelumnya, pemerintah AS juga memanggil Iran untuk dimintai keterangan terkait serangan serupa.
Para penasihat tidak menyebutkan secara rinci nama atau lokasi server yang ditarget. Namun mereka mengatakan, tidak ada data atau informasi terkait Pilpres yang diretas.
Diminta Tak Khawatir
FBI menyebut, pemerintah berusaha untuk tetap menjaga integritas suara.
“Anda harus yakin bahwa suara Anda semua dihitung, klaim awal yang tidak diversifikasi dan bertentangan harus dilihat dengan skeptisme yang sehat,” kata Direktur FBI Christoper Way, seperti dikutip dari Associate Presss, Minggu (25/10/2020).
Sementara, Kepala Badan Keamanan Siber AS Chris Krebs mengatakan, para pejabat tidak memiliki alasan untuk meyakini bahwa peretas sedang mencari informasi terkait pemilu atau yang mengarah ke pemungutan suara.
Ia menekankan, peringatan itu dikeluarkan sehubungan dengan pemindahan jaringan daerah untuk mencari kerentanan, bukan secara khusus menargetkan pemilihan.
“Risiko terkait Pemilu adalah jika mereka masuk atau menyentuh sistem Pemilu,” kata Krebs.
Advertisement
Iran Diduga Lancarkan Serangan Siber
Sebelumnya, para pejabat memberikan informasi bahwa Rusia dan Iran telah mendapatkan informasi pendaftaran pemungutan suara. Data tersebut memang mudah diakses secara terbuka.
Soal serangan, Iran sendiri disebutkan telah melancarkan serangan siber melalui email yang ditengarai ditujukan untuk mengintimidasi para pemilih di beberapa negara bagian.
Sebelumnya, pemerintah AS memang mengumumkan saksi terhadap lima entitas Iran karena dianggap berupaya memengaruhi pemilihan AS.
(Tin/Isk)