6 Perawatan Kecantikan yang Kurang Ramah Lingkungan

Ada dampak buruk sisa-sisa pembuangan produk kecantikan, kosmetik dan perawatan tubuh terhadap lingkungan.

oleh Henry diperbarui 27 Okt 2020, 04:03 WIB
Ilustrasi makeup. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta -  Punya kecantikan dan tampilan yang sempurna memang membutuhkan usaha. Anda perlu menerapkan gaya hidup sehat, membeli produk perawatan kecantikan, ataupun mendatangi klinik kecantikan untuk menjaga penampilan.

Namun tahukah Anda, dari sekian banyak rutinitas yang dilakukan ternyata ada beberapa yang bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Para pemerhati lingkungan banyak mengeluhkan tentang dampak buruk sisa-sisa pembuangan produk kecantikan, kosmetik, dan perawatan tubuh terhadap lingkungan.

Misalnya, sampah bekas pembalut wanita sekali pakai, juga produk krim tabir surya yang dilaporkan bisa mencemari air laut dan merusak terumbu karang. Kerusakan lingkungan juga bisa timbul dari kebiasaan Anda mandi maupun penggunaan produk dan peralatan yang digunakan untuk menjaga diri tetap cantik.

Dilansir dari Insider, Sabtu, 24 Oktober 2020, setidaknya ada enam rutinitas perawatan kecantikan yang tanpa disadari bisa merusak lingkungan sekitar.

1. Makeup yang diuji pada hewan

Ada beberapa brand makeup yang menguji produknya ke hewan. Pengujian ini ditujukan untuk melihat efek samping yang terjadi kalau bahan-bahan tertentu diaplikasikan pada kulit.

Menurut Humane Society, tes tersebut sebetulnya tidak diperlukan karena ada sejumlah brand kecantikan yang sebetulnya sudah mengklaim bebas uji coba hewan. Sebagian besar hewan yang menjadi bahan percobaan biasanya berakhir terbunuh setelah tahap pengujian, salah satunya akibat sesak napas.

2. Menggunakan pisau cukur sekali pakai

Pisau cukur sekali pakai hanya bisa digunakan satu sampai tiga minggu dan harus segera dibuang. Itu artinya dalam satu bulan Anda perlu menggunakan minimal dua pisau cukur dan kemudian berakhir di tempat sampah. Dalam laporan Statista, ada 163 juta penduduk Amerika Serikat yang mengaku menggunakan pisau cukur sekali pakai.

Barang tersebut merupakan salah satu benda yang nantinya akan menjadi limbah tak terurai yang bisa merusak lingkungan sekitar. Jadi penggunaannya perlu dibatasi pemakaiannya atau beralih ke cara lain yang lebih ramah lingkungan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


3. Banyak memakai cotton bud

Ilustrasi cotton bud. Sumber foto: unsplash.com/Sharon McCutcheon.

Sama seperti alat cukur, cotton bud merupakan benda sekali pakai yang akan terbuang sia-sia dan berdampak buruk bagi lingkungan. Marine Conservation Society menjelaskan bahwa cotton bud termasuk benda yang bisa mencemari lingkungan, terutama kawasan pantai.

Bila hewan laut mengonsumsi cotton bud sebagai makanannya maka akan berdampak buruk pula pada kesehatan seluruh makhluk hidup di dunia, termasuk manusia. Semakin banyak pemakaiannya, maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkan setiap harinya.

4. Penggunaan microbeads exfoliator

Microbeads exfoliator adalah kumpulan potongan plastik kecil yang biasanya terdapat dalam produk skincare, seperti scrub, eksfoliator, dan lainnya. Bahan tersebut mungkin terasa enak di kulit Anda, namun ternyata berdampak buruk pada satwa liar.

National and Atmospheric Administration menjelaskan bahwa manik-manik yang terbuat dari plastik ini terlalu kecil untuk melewati penyaringan di pusat pengolahan air limbah. Itu artinya bahan ini akan berakhir di danau atau lautan tempat makhluk hidup tinggal dan mencari makan. Ukuran plastik yang terlalu kecil ini secara tidak sadar bisa dihirup atau dikonsumsi oleh hewan di laut.


5. Sabun cair

Cara Membuat Sabun Cair (Sumber: Pixabay)

Sejak ada sabun cair, banyak orang mulai beralih dari sabun batangan karena lebih praktis digunakan. Sabun cair dikenalkan oleh William Shepphard pada 1865 dan menjadi populer di akhir 1980-an.

Sayangnya, produk sabun cair punya dampak yang lebih buruk dibandingkan sabun batang. Menurut Annette Koehler dan Caroline Wildbolz, peneliti dari Swiss Federal Institute, sabun cair memiliki jejak karbon yang lebih besar sebanyak 25 persen daripada sabun batang.

Penyebabnya, proses pengemasannya yang lebih kompleks dan membutuhkan energi lebih banyak, serta pemakaian sehari-hari yang bisa saja tidak terkontrol jumlahnya. Jejak karbon yang dihasilkan ini bisa berdampak negatif bagi bumi dan beberapa dampaknya, antara lain kekeringan, sumber air bersih berkurang, serta kerusakan lingkungan lainnya.

6. Terlalu lama berendam

Bagi Anda yang hobi berendam di bathtub mungkin sudah saatnya mempertimbangkan kebiasaan tersebut. Hal ini memang bisa dijadikan salah satu cara bersantai setelah menjakani serangkaian aktivitas yang menguras tenaga, namun sayangnya hanya berakibat pada pemborosan air saja.

Semakin lama Anda mandi, semakin banyak pula air yang dibuang. Banyaknya air tawar yang dipakai bisa menjadi masalah besar bagi spesies di seluruh dunia karena jumlah air menjadi berkurang dan bisa menyebabkan kematian.Ada banyak alternatif yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah dan limbah yang bisa mencemari lingkungan dari produk kecantikan.

Sebaiknya kita beralih ke produk kecantikan yang lebih ramah lingkungan, paling tidak meminimalisir bahaya pencemaran lingkungan. Karena untuk merawat kulit dan menjaga kecantikan, tidak harus berdampak buruk pada lingkungan.

Infografis 5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya