Seruan WHO agar Negara Miskin Bisa Dapat Vaksin COVID-19

WHO khawatir negara-negara miskin berada di antrean paling belakang untuk mendapatkan vaksin COVID-19

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 26 Okt 2020, 15:22 WIB
Kandidat vaksin Sinovac Biotech LTD untuk virus corona Covid-19 diperlihatkan dalam Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing pada 6 September 2020. Untuk pertama kalinya, China akhirnya resmi memamerkan produk dalam negeri vaksin COVID-19. (NOEL CELIS/AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pentingnya solidaritas antar negara terkait akses mendapatkan vaksin COVID-19.

WHO mengatakan, pandemi COVID-19 terjadi di hampir seluruh negara, termasuk di negara miskin.

Agar pandemi benar-benar musnah dari muka bumi ini, kata WHO, adalah dengan memastikan negara-negara miskin tersebut juga mendapatkan vaksin COVID-19.

Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan wajar jika tiap-tiap negara ingin melindungi warganya terlebih dahulu.

Akan tetapi, saat vaksin COVID-19 ada nantinya harus digunakan secara efektif.

"Dan, cara terbaik untuk melakukannya, dengan memvaksinasi beberapa orang di semua negara daripada semua orang di beberapa negara," kata Tedros dalam pidatonya pada pembukaan KTT Kesehatan Dunia di Berlin dikutip dari situs Channel News Asia pada Senin, 26 Oktober 2020.

 

Simak Video Berikut Ini


Khawatir Negara Miskin Tak Dapat Akses Peroleh Vaksin COVID-19

Saat ini, ilmuwan dari seluruh dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin guna melawan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang telah menewaskan lebih dari 1,1 juta orang di seluruh dunia.

Beberapa kandidat vaksin COVID-19 telah memasuki tahap uji klinis dan fase 3 yang melibatkan puluhan ribu sukarelawan.

Namun, muncul kekhawatiran di saat yang bersamaan. Jangan sampai negara-negara miskin malah berada di antrean paling belakang untuk mendapatkan vaksin tersebut.

Oleh sebab itu, WHO telah membuat skema yang dikenal sebagai Covax guna membantu memastikan akses yang adil untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

Pada kesempatan itu, WHO kembali melaporkan perkembangan kasus COVID-19 di dunia. WHO mengatakan terjadi pertambahan kasus baru yang cukup tinggi dari biasanya selama tiga hari berturut-turut. 

WHO mengimbau agar seluruh negara mengambil tindakan lebih lanjut guna menekan penyebaran virus SARS-CoV-2 atau Virus Corona baru.

Secara akumulatif, terjadi penambahan 465.319 kasus baru pada Sabtu, 24 Oktober 2020, dan setengahnya di Eropa.

"Ini adalah momen berbahaya bagi banyak negara di belahan bumi utara karena kasus meningkat tajam," kata Tedros.

Tedros menekankan, yang dapat dilakukan sekarang sambil menunggu adanya vaksin COVID-19 adalah menjaga jarak sosial, mencuci tangan, danmdan masker.

Bila ingin bertemu dengan seseorang, Tedros menyarankan, sebaiknya dilakukan di luar ruangan, bukan di dalam. 

 


PBB: Pandemi COVID-19 Krisis Terbesar Abad Ini

Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, yang juga berpidato di KTT Kesehatan, menyebut pandemi COVID-19 sebagai krisis terbesar di zaman ini. 

"Kami membutuhkan solidaritas global di setiap langkah," katanya. Senada dengan WHO, PBB juga mengajak negara-negara maju untuk mendukung negara-negara yang memiliki sumber daya lebih sedikit dan tergolong miskin.

"Sebuah vaksin harus menjadi barang milik publik global," kata Antonio.

"Vaksin, tes, dan terapi lebih dari sekadar penyelamat hidup. Mereka adalah penyelamat ekonomi dan penyelamat masyarakat," Antonio menekankan.


Infografis Vaksin COVID-19

Infografis 5 Kandidat Vaksin Covid-19 untuk Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya