Serap 51 Ribu Tenaga Kerja, Investasi Banten Tumbuh Positif

Pemprov Banten

oleh Reza diperbarui 26 Okt 2020, 18:33 WIB
Berdasarkan realisasi investasi di Banten yang terus menunjukan tren positif.

Liputan6.com, Jakarta Tahun 2020, meski diterpa wabah pandemi Covid-19, tampaknya tidak berpengaruh besar bagi pertumbuhan investasi di Banten. Hal ini berdasarkan realisasi investasi di Banten yang terus menunjukan tren positif. Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang diterima oleh Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten, nilai investasi Provinsi Banten Januari-September Tahun 2020 telah terealisasi sebesar Rp. 42.02 triliun dari 6.952 proyek dengan penyerapan tenaga kerja lokal sebanyak 51.316 orang.

Meski masa pandemi, pada kenyataannya capaian investasi di Banten tidak mengalami kontraksi, bahkan jika dibandingkan dengan Januari-September tahun 2019 yang hanya Rp. Rp. 33,78 Triliun, realisasi tahun ini masih lebih besar.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten Mahdani menyebutkan, berdasarkan laporan tersebut realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Banten Januari-September Tahun 2020 mencapai Rp 19.77 triliun dari 3.288 proyek. Sementara realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp Rp 22.24 triliun dari 3.802 proyek.

Sementara jumlah penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) pada Januari-September 2020 sebanyak 35.485 orang dari PMDN dan PMA sebanyak 15.831 orang.

“Sebelum pandemi kita targetkan investasi Banten tahun ini sebesar Rp 49,5 triliun. Kita berharap tercapai. Selain kejar target investasi, kita juga berharap investasi dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja melalui sektor industri padat karya,” harapnya.

Mahdani mengatakan, meski sempat anjlok di posisi ke 12 pada triwulan pertama di tahun ini, investasi di Banten pada Januari-September 2020 kembali ke posisi empat dan lima besar secara nasional. Peningkatan investasi di Banten dinilai jadi angin segar bagi investor yang hendak menanamkan modalnya di Banten.

"Kita berharap pasca pandemi sektor investasi, terutama PMA kembali masuk. Ada banyak peluang yang sudah menanti, misalnya industri sektor hilir yang masih terbuka lebar. Hulu industri petrokimian ada di Banten yakni PT Chandra Asri, termasuk Jawa Barat yang mengandalkan suply dari Banten. Ini jelas jadi peluang bagi investasi industri sektor hilirnya,” kata Mahdani.

Terkait strategi investasi pasca pandemi, selain mengutamakan kenyamanan perizinan investasi melalui pelayanan langsung maupun daring, DPMPTSP Banten juga akan menyiapkan promsoi melalui media digital untuk memudahkan pengusaha dalam menentukan sektor investasi yang sesuai. “Secara letak geografis Banten jelas diuntungkan. Jadi jalur penghubung Sumatera-Jawa, infrastruktur yang mendukung, dan tersedia kawasan industri yang siap,” imbuhnya.

k.

Gubernur Banten Bersama Menteri PUPR Basuki Hadimulyono dan Bupati Lebak Oktavia Jayabaya

Pergerakan investasi Banten yang positif di tengah pandemi berdampak langsung laju pertumbuhan ekonomi Banten. Perekonomian Banten pada triwulan II 2020 tumbuh minus 7,40% (yoy), terkoreksi cukup dalam dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2020 yang mencapai 3,09% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan berjalan diperkirakan membaik dibanding triwulan sebelumnya, demikian juga pada trwiulan IV 2020 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2020.

Di sisi penawaran, sebagian lapangan usaha utama diperkirakan akan tumbuh meningkat antara lain industri pengolahan, perdagangan, pertanian, akomodasi & makan minum, dan transportasi & pergudangan.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, Pemprov Banten terus melakukan berbagai upaya untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di daerahnya di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan berusaha menarik sebanyak mungkin investasi melalui berbagai keterbukaan informasi, kemudahan layanan perijinan, hingga penerapan berbagai platform digital/aplikasi yang terintegrasi memudahkan investor untuk berinvestasi di Provinsi Banten.Dengan langkah tersebut, kata Wahidin para investor bisa dengan mudah mengekplorasi area potensi di delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang diarahkan pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan dan infrastruktur.

"Dengan mempromosikam pertumbuhan ekonomi di Banten dan meningkatnya investasi akan mempercepat upaya pemulihan ekonomi di saat pandemi ini," ujarnya.

Wilayah Investasi dan Serapan Tenaga KerjaDari sebaran investasi semester Januari-September Tahun 2020, nilai investasi tertinggi berada di Kabupaten Tangerang dengan nilai investasi Rp. 14,26 triliun dari 2.700 proyek dengan serapan tenaga kerja Indonesia (TKI) sebanyak 18.970 orang. Selanjutnya berturut-turut Kota Cilegon dengan nilai investasi sebesar Rp. 13,01 triliun dari 454 proyek dengan serapan TKI sebanyak 2.445 orang, Kota Tangerang sebesar Rp. 4,15 triliun dan 1.870 proyek dengan serapan TKI sebanyak 18.109 orang, Kabupaten Serang sebesar Rp. 3,58 triliun dan 778 proyek dengan serapan TKI sebanyak 6.183 orang, Kabupaten Lebak sebesar Rp. 3,23 triliun dan 117 proyek dengan serapan TKI sebanyak 1.528 orang, Kota Tangerang Selatan sebesar Rp. 2,58 triliun dan 1.024 proyek dengan serapan TKI sebanyak 3.655 orang, Kota Serang sebesar Rp. 1,06 triliun dan 114 proyek dengan serapan TKI sebanyak 174 orang, dan Kabupaten Pandeglang sebanyak Rp. 0,13 triliun dan 33 proyek dengan serapan TKI sebanyak 252 orang.

Sektor yang dominanPeriode Januari – September, sektor usaha yang dominan dengan nilai investasi asing tertinggi berturut-turut adalah Listrik, Gas dan Air, dengan nilai total investasi sebesar Rp. 2,2 triliun dari 15 proyek, kedua industri kimia dan farmasi senilai Rp. 2 triliun dari 123 proyek, ketiga industri karet dan pelastik senilai Rp. 1,29 triliun dari 48 proyek, keempat industri perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp. 1,24 dari 45 proyek, dan industri barang dari kulit dan alas kaki dengan nilai investasi Rp. 707,2 miliar dari 39 proyek.

Penanaman Modal Dalam Negeri, nilai realisasi terbesar berasal dari sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp. 7 triliun dengan 56 proyek, kedua sektor listrik, gas dan air senilai Rp. 2,3 triliun dari 37 proyek, ketiga adalah sektor jasa lainnya sebesar Rp. 591 miliar dari 127 proyek, selanjutnya sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan senilai Rp. 491,1 miliar dari 4 proyek, dan sektor perdagangan dan reparasi dengan nilai investasi sebesar Rp. 345,8 miliar dengan jumlah 530 proyek.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya