Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 20 triliun sampai akhir September 2020. Angka tersebut turun 4,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20,9 triliun. Penurunan laba ini karena meningkatnya biaya pencadangan.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, di tengah pandemi dan sejumlah tantangan ekonomi, BCA mencatatkan pertumbuhan positif laba sebelum provisi dan pajak (PPOP).
Advertisement
Dimana PPOP ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan (CASA), penurunan biaya dana (CoF), dan penurunan biaya operasional. laba sebelum provisi dan pajak BCA naik 13,5 persen YoY menjadi Rp 33,8 triliun.
“Sedangkan untuk total kredit BCA di akhir September 2020 tercatat sebesar Rp 581,9 triliun, turun 0,6 persen YoY. Pertumbuhan positif pada kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya,” kata Jahja dalam konferensi pers Paparan Kinerja BCA Triwulan III 2020, Senin (26/10/2020).
Kredit korporasi tercatat sebesar Rp 252,0 triliun, meningkat 8,6 persen YoY, sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9 persen YoY menjadi Rp 182,7 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,1 persen YoY menjadi Rp 89,3 triliun dan KKB turun 19,3 persen YoY menjadi Rp 38,6 triliun.
Sementara saldo outstanding kartu kredit turun 18,5 persen YoY menjadi Rp 10,9 triliun. Total portofolio kredit konsumer turun 9,4 persen YoY menjadi Rp 141,7 triliun.
kata Jahja, dari total portofolio kredit BCA, sekitar 20 persen atau Rp 114 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi ESG (Environmental, Social, and Governance) dan komunitas UKM.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Restrukturisasi Kredit
“Pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp 107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19 persen dari total kredit, yang berasal dari 90.000 nasabah,” jelasnya.
Sehingga, total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp 90,7 triliun, atau 16 persen dari total kredit pada semua segmen.
“Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan,” pungkasnya.
Advertisement