Liputan6.com, Jakarta - Sungai Jagir, salah satu sungai yang dikenal di Surabaya, Jawa Timur terutama terkait bangunan pintu airnya.
Lokasi dari pintu air ini tepat di Jalan Jagir No. 74 Wonokromo, Surabaya dan berdekatan dengan Darmo Trade Center (DTC) dan Stasiun Wonokromo. Jika sedang melewati jalan tersebut, Pintu air Sungai Jagir akan nampak indah karena lampu yang dipasang di pintu air akan menyala terang pada malam hari.
Sungai Jagir ini termasuk sungai penting di Surabaya. Fungsi sungai itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Selain itu juga sebagai pemecah dan pengatur debit air Kali Mas agar banjir tidak melanda Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
Kali ini Liputan6.com merangkum sejarah hingga pembuatan pintu air Jagir seperti dikutip dari berbagai sumber, ditulis Selasa (27/10/2020).
Dalam buku Surabaya Punya Cerita Volume 2 karya Dhahana Adi, Kali Jagir, sebuah kali buatan yang diciptakan oleh Pemerintah Belanda. Pembangunan kali ini salah satu bentuk rencana Pemerintah Belanda untuk menata Surabaya agar memiliki tata kota seperti Amsterdam, sehingga nyaman ditinggali.
Surabaya dulu sering dilanda banjir akibat kiriman air dari Sungai Brantas. Sungai Brantas bisa dikatakan sungai yang cukup besar dengan panjang 320 km. Aliran sungai Brantas terbagi menjadi dua arah aliran, yaitu ke Prorong dan Mlirip. Aliran Brantas ke Mlirip, nantinya bakal mengalir ke Kalimas. Saat itu, kedua aliran tersebut kerap meluap.
Kali Surabaya mulanya mengalir ke Kali Mas yang kerap menyebabkan tengah Kota sering dilanda banjir. Kali Surabaya yang berhulu di Mlirip dan memanjang dari Gunungsari mengarah ke timur seharusnya bermuara di Selat Madura, tetapi arah alirannya malah menikung tepat di Wonokromo. Sehingga alirannya pun menikung menuju ke arah utara dan masuk ke Kali Mas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Membuat Kali Buatan
Pemerintah Belanda menjalankan proyek kontroversial pada 1856 untuk mewujudkan Surabaya memiliki tata letak kota seperti Amsterdam. Langkah yang dilakukan dengan menyudet kali Surabaya agar tidak mengalir ke Kali Mas.
Proyek tersebut menghasilkan sebuah sungai baru yang bernama Kanaal Wonokromo dan juga menjadi proyek pembuatan terusan dengan menyudet sungai pertama kali di Hindia Belanda. Bahkan sebelum Jakarta yang membuat kanal pada 1922.
Kemudian, tepat di tikungan Wonokromo dilakukan penyudetan. Tujuannya agar arus aliran Kali Brantas yang mengarah ke Mlirip terus melewati ke arah timur.
Sejak 1850-an, Pemerintah Belanda mengerahkan ratusan ribu pribumi untuk menggali saluran sungai atau terusan yang dalam dan lurus dan juga memiliki tanggul yang tinggi.
Kali tersebut terbentang hingga Medokan Ayu sampau ke hutan bakau yang berada di pantai timur Surabaya. Kali buatan itu memiliki panjang kurang lebih 5 km.
Advertisement
Pembuatan Pintu Air
Setelah pembuatan kanal selesai, Pemerintah Belanda kemudian membangun beberapa pintu air guna mencegah banjir di Surabaya.
Yang pertama kali dibangun ialah sebuah dam yang berlokasi di Mlirip, Mojokerto. Tujuannya agar aliran sungai Brantas tidak seluruhnya mengalir ke arah Mlirip juga Surabaya dan melalui beberapa subkanal buatan pada pintu air, aliran akan dipisahkan menuju jalur air untuk keperluan irigasi.
Selanjutnya, Pemerintah Belanda kembali membuat dua pintu air yang berlokasi di selatan Surabaya. Pertama berlokasi di Kalimas yaitu dam Dinoyo dan yang kedua ialah dam Jagir yang terletak di kanal Wonokromo. Dam Jagir inilah yang sampai saat ini dikenal masyarakat lokal maupun luar Surabaya sebagai pintu air yang memiliki arsitektur yang cantik.
Fungsi dari kali dan dam yang dibangun oleh Pemerintah Belanda adalah ketika terdapat arus air deras dari hulu, dam Dinoyo akan ditutup dan sebaliknya dam Jagir dibuka.
Tujuannya agar air kiriman sungai Brantas tidak mengalir masuk ke kota, tetapi langsung melewati dan mengalir ke arah timur. Namun, di kala cuaca sedang normal dan arus biasa, dam Dinoyo dibuka karena di timur kota terdapat lahan pertanian yang butuh air irigasi.
(Ihsan Risniawan-UNY)