Mas Menteri, Ini 3 Masalah Besar Dunia Pendidikan di Papua

Permasalahan pendidikan di Papua perlu diangkat setiap hari di media massa agar dapat perhatian semua pihak.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2020, 15:55 WIB
Talkshow bertajuk 'Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat' yang digelar Perpusnas di Kabupaten Merauke, Selasa, (27/10/2020). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Merauke - Dalam kesempatan talkshow bertajuk 'Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat' yang digelar Perpusnas di Kabupaten Merauke, Selasa, (27/10/2020), Sekretaris Daerah Kabupaten Merauke, Ruslan Ramli mengatakan, Kabupaten Merauke memang tengah gencar melakukan perbaikan kualitas sumber daya masyarakat, mengingat besarnya sumber daya alam yang dimiliki kabupaten tersebut.

"Kita jangan bangga dengan potensi sumber daya alam tetapi tidak mampu mengelola dan tidak berdampak pada nilai tambah daerah," katanya.

Ruslan mengatakan, anggaran dinas perpustakaan tidak seberapa dibanding alokasi pendidikan yang konsisten sebesar 20 persen. Namun, sekda berharap dinas perpustakaan dapat bersinergi program, dan tidak berjalan sendiri-sendiri.

"Jangan kontraproduktif," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Provinsi Papua, Christian Sohilait, pada kesempatan yang sama menyebut, permasalahan pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi provinsi Papua. Bahkan, ia mengakui permasalahan tersebut perlu diangkat ke media massa setiap hari agar mendapat perhatian dan solusi dari semua pihak.

Secara khusus, Christian memetakan setidaknya ada tiga tema besar masalah di dunia pendidikan Papua. Pertama, angka buta huruf di provinsi Papua yang masih ada. Kedua, penyediaan sarana dan prasarana yang kurang dan dialami hampir seluruh sekolah. Dan ketiga, soal literasi yang diakibatkan dari rendahnya minat baca karena buku-buku yang ada tidak menarik bagi para siswa.

Christian menambahkan, di Papua baru berdiri 29 Taman Baca Masyarakat dan memiliki 108 pegiat literasi. Dan mayoritas berada di kota-kota besar.

"Permasalahan lainnya banyak dijumpai penampilan pustakawan yang kurang menarik. Maka itu, konsep pelayanan dan melayani harus dirubah," ucap Christian.

Terkait hal itu, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, permasalahan yang terjadi di Papua hanya soal perilaku dan budaya. Karena kurangnya kegemaran membaca, maka sulit meraih kualitas literasi yang diharapkan. Jika literasi rendah, sulit juga masyarakat akan berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri.

"Tidak ada salahnya mengambil hal positif dari negara Jepang. Di sana masyarakat yang berpengetahuan lebih dihargai. SDM fundamental bagi pembangunan Papua dan Merauke. Maka penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas SDMnya," ujar Syarif.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kurangnya minat baca masyarakat, perpustakaan bisa mengambil kebijakan dengan memperbanyak koleksi lokal (local content).

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya