Liputan6.com, Jakarta - Genderang perang melawan penyebaran Covid-19 terus ditabuh Pemprov DKI Jakarta. Kampanye 3M dan 3T juga masif dilakukan. Khusus untuk 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) pihak Pemprov tak mau main-main.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, dr Widyastuti mengatakan, pihaknya terus meningkatkan angka standar Testing (pemeriksaan), Tracing (pelacakan), dan Treatment (pengobatan). Sampai saat ini, kapasitas harian pemeriksaan spesimen di DKI Jakarta sejumlah 16.711 spesimen PCR test yang dilakukan oleh 58 laboratorium.
Advertisement
"Proses meningkatkan kapasitas laboratorium program sampai dengan 10.000 tes per hari. Mulai segera beroperasi 3 unit mobile laboratorium tambahan di awal November 2020. Pembangunan Laboratorium BSL-2 di Labkesda dan beberapa rumah sakit umum daerah," kata dr Widya.
Dia melanjutkan, upaya tak berhenti sampai di situ. Ada pengembangan kerja sama pemeriksaan dengan dukungan BNPB yang akan memperkuat pemeriksaan rutin untuk tenaga kesehatan yang menangani Covid-19. Tentunya pengembangan kerjasama pemeriksaan dengan dukungan Kementerian.
Kemudian untuk Tracing, setiap pasien positif Covid-19 akan ditindaklanjuti dengan melakukan tracing pada orang sekitarnya yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien selama beberapa waktu. Baik sebelum mulai gejala atau sebelum diketahuinya hasil laboratorium.
"Hasil penelusuran tadi akan menghasilkan informasi siapa saja yang memenuhi kriteria kontak erat, yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan swab," imbuh dr Widya.
Namun dengan adanya stigma di masyarakat, pasien sering menyangkal/denial atau tidak membuka diri, sehingga terkadang tracing terbatas hanya di rumah tinggalnya dan tempat kerja. Padahal, kata Widya, ada saja kemungkinan aktivitas sosial lain dari pasien, seperti riwayat bepergian, riwayat ke tempat umum dan sebagainya.
"Keberhasilan mengenali kontak erat dari pasien sangat membutuhkan kerja sama dan keterbukaan pasien atau keluarganya dengan petugas tracing yang melakukan wawancara," tutur dia.
Setelah dilakukan wawancara baik pada pasien awal maupun kontak eratnya, selanjutnya petugas tracing yang berbasis kerja di masing-masing Puskesmas Kecamatan di DKI Jakarta akan menyusun pohon tracing, semacam skema yang menggambarkan kemungkinan jalur penularan antara pasien dengan kontak eratnya.
Nantinya pohon tracing ini digunakan untuk menghitung rasio pasien dengan kontak erat dan dihitung kurang lebih setiap 2 mingguan. "Dan saat ini diperoleh rata-rata tiap 1 pasien positif dilakukan pemeriksaan PCR terhadap 6 orang kontak erat," imbuh Widya.
Tantangan lain dalam melakukan tracing kontak adalah pasien harus dapat mengingat proses yang telah lalu. Dalam rangka memudahkan upaya mengidentifikasi siapa saja yang menjadi kontak erat dan untuk meningkatkan rasio pasien dengan kontak erat dari 1:6 menjadi 1:15.
Beberapa upaya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, antara lain, menata kembali alur tracing, menambah petugas kontak tracing dengan dukungan tenaga relawan terlatih yang ditugaskan di setiap puskesmas kecamatan.
"Mereka melakukan wawancara baik secara langsung maupun per telepon. Selain itu juga melakukan penguatan penyelidikan epidemiologi (PE) serta analisis perilaku dan psikososial dilakukan bersama relawan tracers (di luar aspek medis yang rutin ditanyakan dalam formulir PE)," jelas Widya.
Lebih jauh, Widya pun membeberkan penataan alur tracing dan pembagian peran dari garda terdepan yakni Puskesmas. Peran pertama yakni dipegang oleh manajer kasus, fungsinya melakukan digital tracers untuk investigasi kasus dan follow-up terkait isolasi mandiri.
Lalu ada koordinator lapangan untuk melakukan testing dan PE secara langsung ke masyarakat, dapat dibantu kader atau Ormas setempat untuk mengurangi stigma.
"Beberapa aplikasi juga dimanfaatkan untuk memudahkan proses mengidentifikasi kontak erat, seperti saat ini jika akan memasuki area tertentu maka kita diminta untuk mengisi buku tamu atau melakukan pendaftaran secara digital," terang Widya.
Penguatan tracing berbasis nomor HP dilakukan dengan pelaksanaan integrasi aplikasi PeduliLindungi dengan Kemkominfo dan Kementerian BUMN. Widya pun mengimbau kepada masyarakat agar mendukung upaya tracing kontak ini. Imbauan agar di rumah saja juga tak pernah ketinggalan.
"Karena bertujuan untuk segera menemukan adanya pasien baru lain yang berpeluang meneruskan penularan kepada masyarakat yang lebih luas," tegas Widya.
Jika unsur tracing dan testing telah dilakukan, upaya selanjutnya yakni Treatment (pengobatan). Widya menjelaskan, kapasitas bed isolasi yang tersedia di DKI Jakarta adalah 5.759 bed, dan saat ini terpakai 59 persen. "Dan kapasitas ICU 783 bed saat ini terpakai 65 persen," pungkas dia.
Gerakan masif 3T yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta selaras dengan kesiapsiagaan pemerintah pusat. Dalam penanganan pandemi, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan, ada yang disebut rumus ajaib yakni dengan melandaikan kurva orang yang terinfeksi.
Yakni melandaikan kurva kasus COVID-19 di Indonesia dengan 3T yakni Tracing (pelacakan kasus), Testing (pemeriksaan kasus), dan Treatment (pengobatan yang efektif. Namun, tak bisa hanya itu. Wiku juga menyorot besarnya peran aktif masyarakat Indonesia sebanyak 270 juta kompak menjalankan protokol kesehatan. Ini merupakan praktik pencegahan penularan COVID-19 paling jitu seperti disampaikan Wiku.
"Disiplin memakai masker dengan benar, menjaga jarak yang aman lebih dari satu meter dengan orang lain, yang juga berarti menjauhi kerumunan. Serta mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun," kata Wiku.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.