Liputan6.com, Jakarta Seorang pria berkopiah batik menghadang kedatangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sesaat sebelum mengikuti upacara Hari Sumpah Pemuda di Gradhika Bhakti Praja, Rabu (28/10). Membawa sebuah kardus berwarna emas dan berpita merah putih, pria berpeci itu langsung mendekati Ganjar dan menyerahkan bingkisan yang dibawanya.
"Selamat ulang tahun pak, ini kado dari kami teman-teman mantan Napi Terorisme yang ada di Yayasan Persadani, sebagai bukti bahwa kami telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi," kata pria tersebut saat menemui Ganjar.
Advertisement
Ternyata, pria berkopiah batik itu adalah Sri Puji Mulyo Siswanto, mantan Napiter yang ditangkap dan dipenjara selama enam tahun usai menyembunyikan Noordin M Top dan Dr Azhari, otak sejumlah serangan terorisme di Indonesia. Selain itu, Sri Puji juga pernah dipenjara karena terlibat pelatihan terorisme di Aceh.
Sri Puji sengaja datang menemui Ganjar untuk memberikan kado istimewa itu. Ia tahu, bahwa orang nomor satu di Jawa Tengah itu genap berusia 52 tahun.
"Kamu to mas, gimana sehat kan? Teman-teman juga semuanya sehat? Ini apa? Coba saya buka ya," ucap Ganjar sambil membuka isi kardus itu.
Ketika dibuka, ternyata kado yang didapat Ganjar dari mantan anak buah Noordin M Top itu adalah Bendera Merah Putih. Ganjar pun langsung tersenyum, menepuk-nepuk pundak Sri Puji dan mengucapkan terima kasih.
"Ini bendera kami jahit sendiri pak, sebagai simbol bahwa kami mantan napiter telah menyatakan kembali pada NKRI," terang Sri Puji.
Ganjar kemudian mengajak ngobrol Sri Puji. Kepadanya, Ganjar menanyakan kisah selama tersesat dalam jaringan terorisme sampai kembali sadar, dan meminta masukan agar masyarakat lain tidak terjerumus dalam jurang yang sama.
"Surprise sekali saya mendapat kado ini. Menarik ya, karena kita menemukan saudara-saudara kita yang pernah tersesat dan mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Hari ini, mereka sudah melakukan aktivitas untuk berbagi pengalaman, cerita bagaimana nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan penting untuk dijaga," kata Ganjar.
Ganjar juga menyampaikan pesan dari para mantan napiter ini pada masyarakat agar selalu hati-hati. Apabila ada orang yang mengajak untuk merusak dan memecah belah, maka harus dicek dahulu kebenarannya.
"Kami bangga banyak anak bangsa yang kembali sadar. Kami harapkan mereka menjadi jurubicara untuk mengkampanyekan bagaimana berbangsa, bernegara dan berpancasila. Kami juga akan mendampingi, akan kami bantu agar mereka bisa kembali bermasyarakat dan melakukan usaha," jelasnya.
Sri Puji sendiri mengatakan sengaja memberikan kado Bendera Merah Putih saat hari ulang tahun Ganjar. Bendera berukuran 40x60 cm itu dijahit sendiri oleh para mantan Napiter di Yayasan Persadani.
"Kami ingin memberikan sesuatu pada Pak Ganjar di hari bahagia ini. ami ingin memberikan simbol pada pak Ganjar selaku bapak kami di Jawa Tengah, bahwa ini lho ada warga bapak yang dulunya 'nakal' sekarang sudah kembali ke NKRI. Kami ingin memberikan kontribusi pada negara khususnya Pemprov Jateng untuk bisa bersinergi dengan program-program yang ada di Jateng," tuturnya.
Warga Genuk Kota Semarang ini menerangkan, dirinya terlibat dalam kegiatan terorisme awalnya karena rasa empati melihat saudara-saudara sesama muslim yang dizolimi. Lantaran emosional yang tidak terkendali, ia lama-lama masuk ke jaringan itu.
"Kami berharap Pak Ganjar bisa menjadi teladan bagi pejabat lain untuk bisa merangkul khususnya kami sebagai teman-teman mantan napiter. Karena dengan cara itu akan lebih efektif menyadarkan mereka. Dan saya pesan pada kawan-kawan yang masih menjadi teroris, coba buka ruang diskusi dan dialog, karena dengan itu pasti akan ada solusi," tutupnya.
Selain dari mantan napiter tersebut, Ganjar juga mendapatkan kado istimewa di hari ulang tahunnya. Di antaranya dari Olivia dan Regina, bocah SD yang pernah menyumbangkan celengannya untuk penanganan Covid-19, kado dari Oma-Oma Yayasan Katolik dan lagu merdu dari difabel asal Rembang, Clarissa Kusumaning.
(*)