Cerita Kelam Erick Thohir, Pernah Utang ke Ketua Kadin demi Selamatkan Bisnis

Menteri BUMN Erick Thohir menjadi pembicara utama dalam acara Festival UMKM oleh Kumparan, Rabu (28/10)

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Okt 2020, 13:28 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir mengikuti rapat dengar pendapat umum dengan Panitia Kerja (Panja) DPR RI untuk skandal di PT Asuransi Jiwasraya (Persero), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/1/2020). Erick Thohir diundang untuk membahas penyelesaian sengkarut Jiwasraya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi pembicara utama dalam acara Festival UMKM oleh Kumparan, Rabu (28/10/2020).

Dalam acara tersebut, dia banyak bercerita tentang perjuangannya untuk menjadi pengusaha sukses. Salah satunya pernah meminjam uang pada Ketua Umum KADIN, Rosan P Roeslani yang juga menjadi sahabat karibnya.

Erick mengatakan, keputusannya untuk meminjam uang terpaksa dilakukan demi menyelamatkan bisnis medianya yang sempat mengalami kesulitan keuangan pada tahun 2004-2006 lalu.

"Saya saa itu di 2004 dan 2006 saya sangat kesulitan. Karena memang over ekspansi. Dan mohon maaf kalau di bisnis media kaya kita ini kan, orang bayar iklan belakangan. Bukan berarti iklannya naik langsung dibayar, ya paling 30 persen nanti 70 persen di bayar belakangan. Jadi, kita over ekspansi waktu itu," cerita Erick.

Erick Thohir menjelaskan saat itu dia hanya mempunyai tiga pilihan untuk segera menyelamatkan bisnis medianya. Yakni melakukan perampingan pegawai atau menutup bisnis perusahaan, melakukan pinjaman dana bank, dan mencoba berbagai cara lain, seperti meminjam uang ke sejumlah sahabatnya termasuk Rosan.

"Waktu itu saya harus melepas juga seluruh hobby-hobby saya, mau mobil tua, lukisan. Dan saya ingat juga saya pinjam uang secara pribadi waktu itu dan saya balikin, ke Mas Rosan dan alm Andre dalam satu bulan, saya ingat betul," jelasnya.

Oleh karena itu, dia meminta pelaku usaha untuk harus lebih berani mengambil risiko dalam berbagai kondisi. Sehingga dapat menyelamatkan bisnis perusahaan termasuk melindungi hak karyawan.

"Karena memang kita pengusaha ya punya risiko membuka lapangan kerja, selain juga mengembangkan bisnis. Jadi memang di masa krisis itu kita harus berani mengambil keputusan, tapi yakinlah kalau kalian bekerja dan produk yang di kembangkan ada marketnya dan bisa terima tetep jalankan. itulah challengd kita pengusaha," tutur Erick Thohir.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cerita Erick Thohir jadi Pebisnis di Masa Sulit: Saya Melepas Hobi, Motor Tua dan Lukisan

Menteri BUMN, Erick Thohir berperan sebagai Tukang Bakso. Terlihat, Erick Thohir sangat berbakat meracik bakso pesanan Menteri Kemenparekraf, Wisnutama . Bakso buatan Menteri BUMN ini, tidak kalah enak dengan abang tukang bakso keliling lainnya.

Krisis yang disebabkan wabah Covid-19 sudah berjalan 8 bulan lamanya. Tak hanya membuat orang yang sehat menjadi sakit, pandemi juga membuat bisnis yang baik-baik saja menjadi semrawut.

Kendati meresahkan, pandemi bisa menjadi kesempatan bagi pebisnis untuk melakukan perubahan. Setidaknya, itulah prinsip yang diteguhkan pengusaha sukses yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN Erick Thohir dalam melewati krisis kesehatan dan ekonomi ini.

Menurutnya, dalam krisis, mau tidak mau pengusaha harus mengambil risiko untuk keberlangsungan bisnisnya. Risiko yang diambil akan berdampak pada kondisi perusahaan nantinya.

"Di masa krisis, kita harus berani ambil keputusan. Kalau kerja dengan hati, produk yakin ada, market tetap jalan, itu challenge sebagai pengusaha. Kalau secara profesional, kita pikirkan risikonya. Kita sebaiknya ambil risiko," ujar Erick Thohir dalam tayangan virtual, Rabu (28/10/2020).

Erick menceritakan pengalamannya memimpin perusahaan, tepatnya di rentang waktu 2004 hingga 2006. Bisnisnya sedang kesulitan saat itu.

Dulu, pilihannya ialah mengurangi pegawai, menutup usaha, meminjam dana dari perbankan atau memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pilihan ini adalah bagian dari risiko yang harus diambil.

"Waktu itu saya melepas hobi saya, motor tua, lukisan. Kita harus pikirkan risiko terhadap karyawan dan perusahaan," katanya.

Erick Thohir juga bilang, krisis memaksa seluruh pihak termasuk pelaku usaha untuk menciptakan kesempatan baru dan bertransformasi ke arah yang lebih canggih.

"Saat krisis, ini ada kesempatan. Juga ketika krisis mau tidak mau harus go digital. Ada jenis pekerjaan yang hilang, dan justru ada yang baru juga," ujar Erick.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya