Liputan6.com, Bangkok - Seorang anggota parlemen Thailand dari Partai Pheu Thai menyayat lengannya di Parlemen selama debat tentang demonstrasi mahasiswa pada Selasa 27 Oktober 2020 malam. Ia mengatakan tidak ingin para siswa yang berunjuk rasa terluka.
Selama sesi parlemen khusus untuk membahas solusi nasional, Wisarn Techateerawat yang berusia 64 tahun mewakili provinsi bagian utara Chiang Rai, berbagi pandangannya tentang demonstrasi politik mahasiswa, dengan mengatakan dia tidak ingin pemerintah Thailand menanggapi para demonstran dengan kekerasan.
Advertisement
Seperti dikutip dari Bangkok Post, Rabu (28/10/2020), dia mengatakan tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah politik tetapi tidak ingin anak muda bersimbah darah. Dia berkata ingin menunjukkan dirinya serius tentang masalah ini.
Wisarn kemudian melepas jaketnya dan menghunus pisau buah.
Presiden Parlemen Thailand Chuan Leekpai mengatakan kepada Wisarn bahwa dia tidak akan mengizinkannya melukai diri sendiri, tetapi Wisarn menggunakan pisau itu untuk menyayat lengan kiri bawahnya sebanyak tiga kali. Aksi itu mengejutkan anggota parlemen lain.
Senator Somchai Sawaengkarn kemudian meminta penangguhan sidang.
Presiden Parlemen Chuan mengatakan dia telah mencoba untuk menghentikan tindakan tersebut, tetapi tidak ingin menghalangi kerja Parlemen.
Wisarn kemudian dikirim ke Rumah Sakit Vajira. Ia mendapat sembilan jahitan untuk menutup luka sayatnya.
Saksikan Juga Video Ini:
Dianggap Mencoreng Citra Perlemen
Kemudian, anggota parlemen Bangkok dari Partai Palang Pracharath Sira Jenjaka mengatakan dia kecewa dengan aksi Wisarn yang pernah menjadi mantan wakil menteri perdagangan. "Apa yang dilakukan Wisarn sangat mencoreng Parlemen," katanya.
Sira mengatakan dirinya tak percaya bahwa perwakilan veteran telah membawa senjata ke Parlemen karena tindakan tersebut ilegal.
"Saya tidak bersimpati padanya. Bagaimana dia bisa melakukan aksi seperti itu di Parlemen? ... Anggota parlemen ini harus dituntut karena membawa senjata ke Parlemen," tegas Sira.
Sekilas Soal Demo Berkepanjangan
Sebelumnya, ribuan orang berkumpul di persimpangan utama Bangkok untuk kembali menyerukan agar Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha mundur dari jabatannya. Demonstrasi itu kembali dilakukan setelah PM Prayut mengabaikan tenggat waktu untuk mundur yang ditetapkan para demonstran.
PM Prayut, yang melancarkan kudeta pada 2014, menghadapi tekanan dari gerakan prodemokrasi yang dipimpin mahasiswa Thailand yang telah mengorganisir demonstrasi besar-besaran selama berbulan-bulan, seperti dikutip dari AFP, Senin 26 Oktober 2020.
Mereka menganggap kekuasaan PM Thailand tersebut - diperpanjang setelah pemilihan umum tahun lalu yang sangat disengketakan - sebagai tidak sah dan pada 21 Oktober, memberinya waktu tiga hari untuk mundur.
Ribuan demostran kembali berkumpul di persimpangan Ratchaprasong di pusat kota Bangkok, setelah batas waktu itu habis. Area tersebut dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan diawasi oleh polisi lalu lintas.
Advertisement