Liputan6.com, Surabaya - Sumrati, penjual rujak cingur warga Surabaya, Jawa Timur ini mengaku dalam satu tahun sudah tiga kali masuk rumah sakit di daerah Semampir.
Sumrati selalu memikirkan nasib anak perempuannya Siti Maisaroh (17) yang tak kunjung pulang ke rumah hingga 1,5 tahun.
"Ibu sudah tiga kali masuk rumah sakit gara-gara kepikiran Maisaroh. Terus saya bilang begini ke ibu, kalau sering-sering masuk rumah sakit yang membayar biaya pengobatan siapa. Uang saya bakal habis kalau ini sering-sering masuk rumah sakit," kata kakak kandung Maisaroh, Nur Hadi (30) kepada Liputan6.com, Rabu (28/10/2020) di Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Sumrati mengaku lelah dan capek serta bingung memikirkan nasib Maisaroh. Dalam setiap doa, dia selalu menyebut nama anaknya supaya segera bisa kembali pulang ke rumah.
"Saya juga sering pergi ke orang-orang pintar, minta supaya Maisaroh bisa cepat pulang. Saya dapat air minum supaya bisa menenangkan hati dan berharap Maisaroh segera pulang," tutur Sumrati.
Suramti juga masih terngiang-ngiang wajah hingga baju yang dipakai anak gadisnya di hari terakhir dia meninggalkannya.
"Maisaroh anaknya mungil, kurus, tingginya sekitar 160 meter, rambutnya panjang dan memakai hijab. Terakhir kali dia pergi menggunakan busana muslim yang model terusan," ujar Sumrati.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sumrati Menanti Sang Anak yang Tak Kunjung Pulang Selama 1,5 Tahun
Sebelumnya, Sumrati, warga Surabaya, Jawa Timur yang sudah 15 tahun menjadi penjual rujak cingur di wilayah setempat ini masih terlihat bingung ketika anak gadisnya yang bernama Siti Maisaroh (17) yang selama 1,5 tahun tak kunjung pulang ke rumahnya.
Kisah ini terungkap ketika seorang guru ngaji tetangga kampung sebelah yang menanyakan kepada Sumrati mengenai Maisaroh yang sudah jarang ikut belajar ngaji.
"Awalnya bude saya yang seorang guru ngaji menanyakan perihal tersebut kepada Bu Sumrati. Dan ternyata Maisaroh sudah tidak ada di rumah. Entah kabur, hilang atau diculik orang. Dan sampai 1,5 tahun, Siti belum juga pulang ke rumah," kata warga Surabaya, Dini kepada Liputan6.com, Rabu, 28 Oktober 2020.
Mendengar informasi tersebut, Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran kabar itu, hingga pada akhirnya mengarah ke Sumarti. Di dalam rumah kos, saya melakukan wawancara dengan Sumarti dan anak laki-lakinya yang bernama Nur Hadi (30).
Pada saat hari kejadian, Maisaroh nampak gelisah. Gadis putus sekolah SMP kelas satu ini kurang bersemangat membantu ibunya berjualan rujak cingur.
Sekitar pukul 20.00 WIB, setelah Maisaroh membuatkan es untuk pembeli, dia pamit kepada orangtuanya pergi ke rumah temannya. Namun, hingga saat ini Maisaroh tak kunjung pulang dan entah di mana rimbanya.
"Tak tunggu di warung sampai pukul 10 malam, Maisaroh juga belum pulang. Saya dapat kabar dari tetangga, SM tadi sempat menitipkan satu tas kresek yang diduga berisi baju dan pergi naik angkutan umum warga Kuning jurusan Wonokromo," tutur Sumarti dan Nur Hadi.
Sumarti mengatakan, keesokan hari, Maisaroh menghubunginya dan mengatakan dia saat ini sudah di Bandung, lanjut ke Jakarta bersama teman perempuannya.
"Waktu telepon, saya tidak percaya kalau Maisaroh pergi bersama teman wanita, saya bilang pasti kamu sama laki-laki. Saya juga tidak percaya kalau dia sudah ada di Bandung kemudian di Jakarta," ujar dia.
"Saya bilang ke Maisaroh, masa hanya semalam saja sudah sampai ke Bandung terus ke Jakarta. Dia langsung tak suruh pulang tapi sampai saat ini dia belum pulang dan nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi," ia menambahkan.
Dikonfirmasi apakah sebelumnya pernah terjadi masalah dengan Maisaroh, Nur Hadi mengatakan tidak ada masalah. Bahkan dia tanya ke sang ibu, apakah mengusir Maisaroh dan ibu mengatakan tidak.
"Tidak ada masalah dan tidak mengusir. Ini sepertinya sudah disengaja dan direncanakan adik saya untuk kabur dari rumah," ujar Nur Hadi.
Advertisement