Waspadai 5 Gejala Hipersomnia

Hipersomnia sendiri dikategorikan jadi primer dan sekunder.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2020, 00:00 WIB
ilustrasi tidur cepat menaikkanberat badan/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan sulit tidur, seperti hipersomnia, mengancam tak sedikit orang, terlebih di situasi serba tak pasti seperti sekarang. Hal tersebut tentu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, di samping berdampak buruk pada kesehatan.

Penderitanya akan merasa lelah, stres, dan mengantuk berlebihan. Menurut Lee Chambers, Psikolog dan Konsultan Kesejahteraan, hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang merasa ingin tidur sepanjang hari. 

Hipersomnia bisa terbagi dalam dua kategori, yaitu primer dan sekunder. Di golongan primer, orang akan susah mengontrol tidur dan bangun karena adanya masalah di otak. Sementara di kelas sekunder semata menyebabkan kurangnya tidur.

"Ini juga mungkin akibat fungsi tiroid yang rendah atau cedera otak traumatis, dan obat-obatan tertentu dapat memicu hipersomnia pada individu," kata Lee.

Melansir laman The Sun, Minggu, 25 Oktober 2020, berikut tanda-tanda hipersomnia yang harus Anda waspadai.

1. Lelah Terus

Gejala hipersomnia akan mengakibatkan kelelahan secara terus-menerus. Kemungkinan Anda kekurangan energi dan ingin tidur sepanjang hari.

Hope Bastine sebagai ahli perusahaan teknologi Simba, menjelaskan bahwa hipersomnia juga akan terjadi jika seseorang kekurangan sinar matahari. Ia menambahkan, menghirup udara segar adalah cara bagus untuk meningkatkan energi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


2. Mudah Tersinggung

ilustrasi tidur/Photo by Daria Shevtsova from Pexels

Ketika penderita hipersomnia bangun dari tidur, mereka akan merasakan perasaan tak enak dan cenderung kesal sepanjang hari.

Para ahli menyarankan, rutinitas tidur adalah cara terbaik untuk meminimalkan gejala hipersomnia. Ketika mudah tersinggung, buatlah buku harian dan menetapkan apa yang boleh maupun tak boleh dilakukan sebelum tidur.

 


3. Kehilangan Nafsu Makan

ilustrasi makan/Photo by Oleg Magni from Pexels

Hipersomnia biasanya memicu hilangnya nafsu makan. Para ahli mengatakan, penderita hipersomnia harus memiliki pola makan yang seimbang. Mereka juga menyarankan untuk mengurangi alkohol dan tidak mengonsumsi sembarang obat.

4. Cemas

Jika kekurangan tidur, sebagian besar seseorang akan dilanda perasaan cemas tanpa sebab. Ahli saraf mengatakan, kurang tidur akan memperkuat tingkat kecemasan antisipatif.

Ketika ini terjadi, amigdala otak dan korteks insular akan hidup, bagian otak akan terhubung dengan emosional. Hasilnya adalah pola meniru aktivitas otak yang juga terlihat pada orang menderita gangguan kecemasan.

 


5. Kesulitan Mengingat

ilustrasi tidur/Photo by Zohre Nemati on Unsplash

Menurut para ahli dari University of California, lupa merupakan gejala yang biasanya diderita orang tua. Jika kualitas tidur buruk, hal ini dapat memicu otak kehilangan memori secara signifikan, bahkan memperburuk kondisi otak.

Kurang tidur juga dapat menstimulasi bagian otak secara berlebihan, biasanya disebut plastisitas saraf otak.

Pengobatan hipersomnia biasanya tergantung kondisi penderita. Dokter akam memberi resep obat stimulan yang dapat membantu merasa lebih terjaga.

"Mengubah gaya hidup adalah bagian penting dari hasil jangka panjang, termasuk rutinitas tidur yang konsisten dan jam malam untuk makan besar, olahraga, juga stimulan di malam hari," kata Lee.

Akhirnya, lingkungan tidur yang tenang, gelap, sejuk, dan bebas dari stimulasi adalah tempat yang tepat untuk memulai, serta bereksperimen menemukan keseimbangan optimal diri. (Vriskey Herdiyani)

Gunakan warna yang menenangkan pada kamar tidur seperti warna gading atau coklat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya