Menristek Ungkap Tantangan Pengembangan Vaksin COVID-19 di Indonesia

Menristek mengungkapkan tantangan yang dialami oleh peneliti di Indonesia dalam proses pengembangan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Okt 2020, 17:12 WIB
Menteri Negara PPN/Ka Bappenas Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Berapa Lama Membangun Ibukota Baru?" di Jakarta, Senin (13/5/2019). Presiden Joko Widodo ingin ibu kota baru berada di luar Pulau Jawa, terutama Kalimantan dan Sulawesi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkap beberapa tantangan yang harus dihadapi para peneliti untuk mengembangkan vaksin COVID-19 di Indonesia.

Dalam dialog yang disiarkan dari Graha BNPB, Jakarta pada Selasa lalu, Bambang mengatakan bahwa tantangan pertama adalah riset vaksin COVID-19 saat ini berbeda dari penelitian vaksin biasanya.

"Riset vaksin COVID-19 saat ini di luar pakemnya, di luar kebiasaannya," kata Bambang dikutip Kamis (29/10/2020). "Karena biasanya, riset terkait vaksin itu memakan waktu yang sangat lama."

Ia mencontohkan, beberapa penyakit seperti HIV, Ebola, dan Zika, hingga saat ini belum ada vaksinnya.

"Karena upaya mencari vaksin ini memang waktunya pendek, maka hambatannya memang ini kita menggunakan sel, jadi ini suatu bentuk kehidupan. Jadi untuk mempercepat kadang-kadang ada hambatan karena namanya juga makhluk hidup."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Impor Kebutuhan untuk Pengembangan Vaksin

Petugas kesehatan menyuntik pasien saat simulasi vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). Pemkot Depok menggelar simulasi vaksin COVID-19 dalam rangka persiapan vaksinasi yang rencananya akan dilaksanakan bulan November 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain itu, Bambang juga mengatakan bahwa beberapa bahan yang dibutuhkan dalam proses pengembangan vaksin COVID-19 juga masih impor.

"Contohnya sel mamalianya, bahkan hewan untuk uji coba pun itu harus kita impor juga. Jadi kadang-kadang proses impor termasuk impor reagen, ini yang kadang-kadang bisa menunda aktivitas penelitian," ujarnya.

Dalam dialog tersebut, Bambang juga mengungkapkan bahwa di bulan Oktober ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah mempersiapkan pengujian Vaksin Merah Putih atau vaksin COVID-19 buatan dalam negeri, untuk dilakukan pada hewan.

Bambang berharap agar pengujian tersebut dapat diselesaikan akhir tahun 2020 dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

"Setelah akhir tahun, bibit vaksin yang sudah kita anggap teruji pada hewan atau sel mamalia tersebut akan diserahkan kepada Bio Farma, sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil, terutama untuk keperluan uji klinis," Bambang menambahkan.

Bambang menegaskan bahwa semua tahapan proses pembuatan vaksin termasuk tiga tahap uji klinis akan diikuti. "Tentunya nanti BPOM yang akan memutuskan apakah vaksin ini sudah bisa dipergunakan secara massal atau tidak."


INFOGRAFIS: Urutan Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia

INFOGRAFIS: Urutan Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya