Liputan6.com, Jakarta - PT INKA (Persero) melakukan ekspansi dengan menyasar industri otomotif. Perusahaan manufaktur pelat merah (BUMN) di bidang kereta api itu terus menciptakan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan industri otomotif di Indonesia.
Berikut produk-produk yang telah diproduksi oleh PT INKA yang mendunia, yang dirangkum oleh Liputan6.com, Kamis (29/10/2020).
Advertisement
1. Bus Listrik E-Inobus Ekspor ke Kongo
PT Industri Kereta Api (INKA) siap memasarkan bus listrik buatan anak negeri yang bernama E-Inobus guna menjawab tantangan dan kebutuhan transportasi masa depan yang ramah lingkungan.
E-Inobus saat ini telah mendapatkan Sertifikat Uji Tipe (SUT) kendaraan bermotor dari Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB).
Bus listrik tersebut sudah dipesan oleh pemerintah Kongo sebanyak 360 unit. Pesanan tersebut merupakan bagian dari kontrak proyek yang telah ditandatangani INKA dengan Kongo untuk pengerjaan transportasi kereta dan listrik.
Selain itu Perusahaan Daerah Pemprov Bali juga sudah mengontrak Kerjasama dengan PT INKA untuk E-Inobus.
Untuk informasi E-Inobus merupakan kerja sama PT INKA (Persero) dengan perusahaan Taiwan Tron-E dan perusahaan karoseri lokal asal Malang, Jawa Timur, Piala Mas.
Secara spesifikasi, E-Inobus memiliki panjang 8,1 meter dan lebar sekitar 2 meter dengan kapasitas 16 penumpang. Untuk pengisian daya, diperlukan waktu selama 3-4 jam dengan jarak tempuh sekali "charging" atau pengisian daya mencapai 200 kilometer.
Pemakaian jumlah setrum E-inobus dari hasil uji lintas dalam kota dan luar kota (tol) dengan total jarak 122 km. Inka merekam hasil pemakaian rata – rata 1,4 km/kwh.
Berarti, untuk biaya operasional per kilometer bisa dihitung 0,71 x Rp 1.650 per kwh. Hasilnya ialah Rp 1.171 yang dikeluarkan guna menempuh jarak 1 km.
Tingkat kebisingan pada bus listrik tersebut jauh lebih baik, yakni rata-rata sebesar 71 dB. Sedangkan bus tenaga diesel rata-rata kebisingannya sebesar 85 dB.
Ongkos pemeliharaan dibilang lebih efisien bus listrik hingga 49 persen. Perbandingan perawatan bus diesel maupun elektrik pernah disampaikan pada Maintenance Forum 2018 di Serbia.
Kondisi kedua kendaraan dijalankan sejauh 250 km per hari. Hasil perbandingan biaya pemeliharaan adalah bus peminum solar sebesar 396 Euro atau Rp 6,7 juta. Lalu bus elektrik cuman 201 Euro, setara Rp 3,4 juta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Lokomotif Diesel Elektrik Ekspor ke Filipina
Biasanya PT INKA hanya mengekspor rangkaian gerbong kereta, namun kini perseroan mulai mengekspor gerbong sekaligus mesin penggeraknya atau lokomotif. Produk tersebut pertama kali dipesan dan diekspor ke Filipina.
Tentunya ini menjadi sejarah baru, karena baru pertama kali Indonesia mengirimkan kereta berpenggerak atau bermesin ke luar negeri, sungguh prestasi yang baik untuk Indonesia.
Pada Rabu (11/12/2019), dua rangkaian kereta buatan INKA tiba di Filipina, dua set kereta diesel multi unit (DMU) tersebut merupakan pesanan dari Philippine National Railways (PNR), sebuah perusahaan kereta api di Filipina.
Desain kursi berhadap-hadapan menunjang kapasitas angkut penumpang untuk rute dalam kota, yakni antar Stasiun Tutuban ke Stasiun Alabang. Adapun nilai kontrak dua DMU tersebut 485 juta Peso atau Rp 134 miliar.
Untuk kecepatan Lokomotif Diesel Elektrik maksimum 120 km/jam, Panjang kereta 14.134 mm, lebar kereta 2.642 mm, lalu mampu menampung bahan bakar sebanyak 3.028 liter, minyak pelumas 984 liter, dan bisa menampung Air pendingin sebanyak 681 liter.
Advertisement
3. Kereta Penumpang Ekspor ke Bangladesh
PT INKA telah memproses pesanan dari Bangladesh sebanyak 200 kereta penumpang. Sampai akhir tahun 2019, INKA telah menyelesaikan dan mengirim 114 kereta ke negara itu.
SM PKBL, CSR & Stakeholder Relationship INKA, Bambang Ramadhiarto, mengatakan masih banyak peluang yang terjalin, karena Bangladesh merupakan negara berkembang yang sedang membangun sarana dan prasarana kereta api.
Kata dia, saat ini, Bangladesh sedang melalui dalam tahap pengembangan besar-besaran untuk penambahan prasarana, jalur-jalur baru, hingga elektrifikasi di beberapa wilayah untuk sektor perkeretaapian.
Adapun klasifikasi dari kereta penumpang yang diekspor ke Bangladesh, diantaranya: Lebar sepur sebesar 1.676 mm, Beban gandar 12,8 ton, Kecepatan maksimum 120 km/jam, Berat kereta 37 - 44 ton, Material car body Stainless steel, Bogie MD 53 M Lisensi Bombardier, Sistem pengereman Automatic air brake, Standar UIC, Coupler Draw hook, Screw coupling, Side buffer, Material cat Polyurethane.