Liputan6.com, Jakarta Memiliki pemikiran atau gairah seks adalah sesuatu yang normal bagi semua orang, termasuk pada seorang pria. Yang menjadi masalah adalah apabila hal-hal semacam itu muncul terus menerus sehingga mulai mengganggu kehidupan pribadi.
Menurut dokter spesialis kejiwaan Tjhin Wiguna dari Departemen Medik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, memang ada anggapan di masyarakat bahwa otak pria banyak berisi hal-hal yang terkait dengan konten seksual.
Advertisement
"Untuk kita bisa mengatakan bagaimana cara atau apa yang harus dilakukan (agar tidak berlebihan) tentunya kita harus melakukan assessment terlebih dahulu, mengapa dia pikirannya hanya berisi konten seksual sehingga meningkatkan gairah seksual," kata Tjhin dalam temu media virtual peluncuran layanan Men's Health and Couple Well-being Clinic RSCM Kencana, ditulis Sabtu (31/10/2020).
Tjhin mengatakan, buat seorang pria, hanya melihat visual atau membayangkan saja sudah dapat meningkatkan libido, menimbulkan ereksi, dan bisa melakukan hubungan seks hingga ejakulasi.
Maka dari itu, untuk menangani masalah gairah seks yang tak terkendali, yang harus dilihat pertama kali adalah penyebab mengapa seseorang terus menerus merasakan atau memikirkan sesuatu yang bersifat seks.
"Dorongan seksual itu pasti berasal dari pikiran, tanpa adanya pikiran, tidak mungkin dorongan seksual bisa muncul. Dorongan seksual itu kan sama dengan gairah seksual atau libido."
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Dorongan Seksual Berasal dari Pikiran
Apabila ada masalah terkait gairah seksual yang tak bisa dikendalikan, Tjhin mengatakan yang pertama kali dilihat adalah penyebabnya. "Pertama kita lihat dulu, meneliti dulu, elaborasi dulu kenapa sih dia berpikir seperti itu. "
"Apakah dia obsesi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksual, apakah dia terobsesi terhadap seksual itu sendiri, kalau ada hal-hal itu berarti dia melakukan hubungan seksualnya atau menyalurkannya menjadi perilaku yang kompulsif," kata Tjhin.
Seringkali, munculnya dorongan seksual yang terus menerus juga dapat disebabkan oleh kurangnya kegiatan sehingga pikiran akan selalu berisi hal-hal yang sifatnya seks. Jika itu masalahnya, maka pria tersebut membutuhkan psikoedukasi untuk keluar dari masalahnya serta lebih banyak kegiatan sehingga tidak hanya terfokus pada seks saja.
"Kalau dia sudah jadi gangguan obsessive compulsive, berarti itu merupakan gangguan jiwa, tentunya merupakan tata laksana yang tersendiri," kata Tjhin.
Atau, apabila hal tersebut terkait dengan adiksi pornografi sehingga berujung pada aktivitas seks yang eksesif atau berlebihan, tentu akan ada tata laksana tersendiri yang nantinya akan diberikan pada pasien.
Advertisement