Sederet Langkah BI Gairahkan Keuangan Syariah di Tanah Air

Ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu solusi dalam menghadapi gejolak dan ketidakpastian perekonomian secara global

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2020, 14:45 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), Diana Yumanita, menyebut bahwa ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu solusi dalam menghadapi gejolak dan ketidakpastian perekonomian secara global. Bahkan dia memperkirakan, ke depan ekonomi dan keuangan syariah bakal mengalami tren positif.

"Ekonomi dan keuangan syariah dipandang sebagai sebuah arus baru perekonomian tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh belahan dunia berbagai riset telah menunjukkan bahwa tren positif secara konsisten yang ditunjukkan melalui peningkatan potensi pasar produk halal dari USD 2,2 triliun pada tahun 2018 menjadi USD 3,2 triliun pada 2024," katanya dalam acara ISEF, Kamis (29/10/2020).

Dia melanjutkan, berdasarkan sebuah riset Indonesia cukup potensial di sektor tersebut. Di mana Indonesia menempati peringkat ke-5 dari 73 negara untuk kategori pelaku ekonomi dan keuangan syariah global pada 2019-2020. Adapun pangsa pasarnya mencapai 11 persen dari total volume ekonomi dan keuangan sacara global.

Atas dasar itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia secara berkelanjutan, Bank Indonesia bersama stakeholder yang tergabung dalam komite nasional ekonomi dan keuangan syariah secara konsisten melakukan langkah-langkah strategis dalam menuju visi Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Salah satu langkah nyata yang dilakukan BI sejalan dengan cetak biru. Diantaranya melakukan mendorong penguatan ekosistem rantai nilai halal, melalui kolaborasi dalam pengembangan pelaku usaha syariah termasuk pada unit usaha pesantren dan UMKM syariah yang bergerak di sektor industri halal.

Sejalan dengan hal tersbeut dalam situasi terkini usaha mikro kecil dan menengah secara umum telah berjasa menopang perekonomian secara nasional pada 2018 UMKM telah berkontribusi besar atau 61 persen dari total PDB Indonesia. Dengan tingkat penyerapan tenaga kerja mencapai 96 persen dari total tenaga kerja atau mencapai 116,9 juta orang," jelas dia.

Dia memandang, ke depan gelombang tantangan yang akan dihadapi oleh UMKM syariah Indonesia akan semakin deras dan kompleks dengan fase post pandemi Covid-19 yang berjalan beriringan, dengan pergeseran pola konsumsi dan transaksi akibat era ekonomi digital four point zero.

"Maka dari itu perlu suatu ikhtiar yang dilaksanakan secara strategis dalam mendorong penguatan ekonomi UMKM syariah yang memiliki daya tahan dalam menghadapi ketidakpastian situasi dan kondisi ekonomi regional dan global melalui perluasan akses pasar global dan pemanfaatan ekonomi digital dalam perluasan pasar," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ikhtiar BI

Ilustrasi Bank Indonesia

Adapun salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh BI untuk memberikan dukungan bagi UMKM syariah dilakukan melalui penyelenggaraan bisnis coaching yang akan memberikan bekal bagi UMKM dan pelaku usaha syariah lain dalam menggali potensi ekspor dan pemanfaatan digital marketing untuk produk halal.

"Kami berharap ini dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan volume usaha, sekaligus berkontribusi bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia menuju Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia," tandas dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya